Ahad 22 May 2022 19:45 WIB

Albanese, Tokoh Kelas Pekerja Australia yang Jadi PM Terpilih

Anthony Albanese menjadi perdana menteri Australia terpilih

Bendera Australia.
Foto: abc
Bendera Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anthony Albanese menjadi perdana menteri Australia terpilih setelah Partai Buruh yang dipimpinnya meraup suara mayoritas dalam pemilihan nasional pada Sabtu (21/5/2022). Kemenangan partai itu ditegaskan kembali oleh PM Australia Scott Morrison yang mengakui kekalahan kubu konservatif.

Menurut peroleh suara, Partai Buruh belum mencapai 76 dari 151 kursi majelis rendah yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan sendiri. Hasil akhir akan ditentukan saat penghitungan suara lewat pos rampung.

Dengan raihan suara 55 persen, Partai Buruh mendapatkan 72 kursi, lebih banyak dari koalisi Morrison yang memperoleh 52 kursi. Sementara itu, Independen dan Partai Hijau memperoleh 11 kursi, menurut Australian Broadcasting Corp, dan 16 kursi lainnya masih belum dipastikan siapa pemiliknya.

Partai Buruh unggul dalam jajak pendapat sebelum pemilu, meskipun survei menunjukkan pemerintah koalisi Liberal-Nasional mempersempit kesenjangan dalam sesi akhir kampanye enam pekan. Partai Buruh memperoleh suara mayoritas dalam Pemilu Australia kali ini berkat dukungan dari Partai Hijau dan kelompok independen yang mengampanyekan kebijakan tentang kesetaraan gender dan penanganan perubahan iklim.

Kampanye tersebut berhasil meraih simpati dan melenyapkan amarah pemilih atas kelambanan pemerintahan Morrison menangani perubahan iklim. Pada Maret 2022, Australia dilanda banjir terburuk dalam satu dekade yang menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi dari rumah mereka dan menewaskan sedikitnya 10 orang.

Keberhasilan Partai Buruh memenangi pemilu Australia juga tak terlepas dari andil para pemilih di Australia Barat yang meninggalkan koalisi Morrison. Saat merayakan kemenangan Partai Buruh di Sidney, Albanese yang dikenal pragmatis bertekad untuk menyatukan Australia. Dia berjanji untuk mengakhiri perpecahan di Australia dan menilai bahwa masyarakat di negeri Kanguru itu ingin bersatu dan mencapai kepentingan dan tujuan bersama.

Albanese, yang berasal dari kelas pekerja itu, juga menilai bahwa masyarakat telah lelah dengan perbedaan karena yang mereka inginkan adalah kebersamaan sebagai sebuah bangsa. Selama 26 tahun sejak Albanese pertama kali terpilih menjadi anggota parlemen, Partai Buruh berada di pemerintahan hanya lima tahun, ketika Australia dipimpin oleh Kevin Rudd dan Julia Gillard di masa yang penuh gejolak.

Albanese pertama kali menjadi menteri setelah kemenangan Partai Buruh pada pemilu 2007. Karir politiknya melesat setelah mengambil alih kepemimpinan oposisi usai kekalahan telak partai itu pada 2019. Keturunan imigran pekerja Albanese menggambarkan dirinya sebagai satu-satunya kandidat dengan "nama non-Anglo Celtic" yang mencalonkan diri sebagai PM dalam 121 tahun keberadaan jabatan itu di Australia.

"Nama non-Anglo Celtic" merujuk pada riwayat Albanese, keturunan imigran bangsa Inggris yang bukan dari kalangan berdarah biru. Dia tumbuh dari keluarga sederhana di pinggiran Sidney, Camperdown.

"Ibuku memimpikan kehidupan yang lebih baik untukku," katanya, yang berharap perjalanan hidupnya bisa menginspirasi orang Australia untuk meraih cita-cita.

Pria berusia 59 tahun itu ingin agar Australia terus menjadi negara yang tidak menghiraukan asal muasal warga, apa kepercayaan mereka dan dari keturunan mana mereka berasal. Ia juga ingin Australia terus menjadi negara yang tidak membatasi kesempatan warganya, seperti dikutip dari AP.

Albanese terlahir dari keluarga Katholik Roma dan dibesarkan oleh seorang ibu tunggal bernama Maryanne Ellery di lingkungan kelas pekerja di Sidney. Keluarga Albanese yang konservatif secara sosial itu harus menyimpan rahasia demi menghindari skandal "tidak sah" dalam keluarga kelas pekerja di Australia pada dekade 1960-an.

Dia diberitahu bahwa ayahnya yang berkebangsaan Italia, Carlo Albanese, wafat dalam kecelakaan mobil tak lama setelah menikah dengan Ellery yang berdarah Irlandia-Australia di Eropa. Namun, saat Albanese berusia 14 tahun, ibunya mengatakan bahwa sebenarnya ayahnya belum meninggal dan kedua orang tuanya tidak pernah menikah.

Karena rasa sayang dan takut menyakiti perasaan ibunya, dia tidak mencari ayahnya hingga kematian Ellery pada 2002. Albanese bertemu ayahnya pada 2009 di Barletta, Italia Selatan, kampung halaman Carlo Albanese, ketika menjadi Menteri Transportasi dan Infrastruktur Australia dan melakukan pertemuan bisnis di Italia.

sumber : Antara / Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement