Senin 23 May 2022 08:00 WIB

Ini Para Pelopor Ilmuwan Muslimah

Para perempuan-perempuan terpelajar jadi tonggak penting keilmuan Islam.

Rep: Fitriyan Zamzami/ Red: Partner
.
.

Sejak awal mula Islam, sejumlah perempuan sedianya telah memelopori penguasaan ilmu pengetahuan di berbagai bidang. Tak seperti klaim profesor tertentu belakangan, "perempuan-perempuan gurun" ini sama sekali tak tertutup pikirannya. Berikut sedikit saja di antara mereka yang muncul pada masa awal Islam.

Asy-Syifa binti Abdullah (wafat 20 H)

Nama lengkapnya Laila binti Abdullah bin Abdu Syams al-Qurasyiyah al-Adawiyah. Ibnu Hajar dalam kitabnya al-Ishabab, menggambarkan asy-Syifa termasuk cendekia dari kalangan perempuan di masa Rasulullah. Ia satu dari sedikit saja yang menguasai baca tulis pada itu.

Santriwati membaca Aquran. (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)
Santriwati membaca Aquran. (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)

Karena diperintahkan Rasulullah untuk mengajari para Muslimah keahlian itu, Laila kerap diriwayatkan sebagai guru pertama dalam Islam. Ia juga menguasai sejumlah metode pengobatan yang membuatnya mendapat julukan asy-Syifa alias "Sang Penyembuh". Karena kecerdasannya, ia juga diangkat Khalifah Umar bin Khattab sebagai manajer pasar di Madinah. Ibnu Sa'ad di dalam Thabaqat menuliskan bahwa salah satu tugas as-Syifa adalah mengawasi harga-harga.

Aisyah binti Abu Bakar (wafat 678 M)

Istri Rasulullah SAW ini sejak muda telah terkenal dengan kecerdasannya. Ingatannya yang kuat membuatnya menjadi salah satu periwayat hadis paling banyak. Sedikitnya 2.210 hadis yang ia riwayatkan terpelihara sampai saat ini.

Tak hanya pengetahuan agama, menurut Asma Sayeeed dalam Women and the Transmission of Religious Knowledge in Islam (2013) Aisyah juga menguasai ilmu pengobatan dan puisi. Sebagian besar masa hidupnya selama 44 tahun selepas Rasulullah wafat diabdikan untuk mengajari umat Islam soal agama mereka.

Ia juga disebut mendirikan madrasah pertama bagi perempuan dalam Islam. Sementara majelisnya diriwayatkan kerap dihadiri banyak murid-murid lelaki dan perempuan yang nantinya menjadi ulama terkenal.

Umm Waraqah binti Abdullah (wafat sekitar 640-an M)

Nama lengkapnya Umm Waraqah binti Abdullah bint Harits. Merujuk hadits riwayat Abu Dawud, keilmuannya membuat Rasulullah merestui Umm Waraqah menjadi imam di rumah dan kampungnya di Madinah. Ummu Waraqah tidak hanya pandai membaca Alquran, melainkan juga memahami dan menghafalnya dengan baik.

Ia turut berjasa menghimpun dan menuliskan ayat-ayat Alquran pada tulang, kulit, pelepah kurma dan lain-lain. Setelah Rasulullah SAW wafat, dan Abu Bakar berencana menghimpun Alquran, Ummu Waraqah ditunjuk Khalifah untuk menjadi salah seorang rujukan penting bagi Zaid bin Tsabit sebagai pelaksana proyek.

Amrah binti Abdurrahman (wafat 717 M)

Di antara murid Aisyah yang paling cemerlang dari kalangan tabiin adalah Amrah bint Abdurrahman. Merujuk Yahya ibn Main dan Ali ibn al-Madini, Amrah adalah ulama paling tepercaya pada masanya dan yang paling ahli terkait hadis-hadis yang diriwayatkan Aisyah.

Sejarah Islam juga mencatat peran penting Amrah dalam pencatatan hadits. Saat Khalifah Umar bin Abdul Aziz pertama-tama mememerintahkan pengumpulan hadist pada Gubernur Madinah Abu Bakar bin Muhammad bin Amru bin Hazm, ia diminta merujuk pada dua ulama penghafal hadits. Di antara dua ulama itu adalah Amrah binti Abdurrahman dan Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar as-Siddiq.

Selain Amrah, murid-murid Aisyah lainnya yang dinilai cerdas dan terpecaya periwayatan hadistnya adalah Hafsah bint Sirin dan Aisyah bint Thalhah.

Umm al-Darda as-Sughra (abad ke-7)

Ulama perempuan lainnya yang tak kalah penting adalah Umm al-Darda. Merujuk Mohammad Akram Nadwi dalam Al Muhaddithat (2007), ia mengajar di wilayah Damaskus hingga Palestina. Iyas ibn Mu'awiya salah satu ulama dari kalangan tabiin terkenal menyebutkan tak ada yang melampaui pengetahuan agama Umm al-Darda pada masanya. Khalifah 'Abd al-Malik ibn Marwan termasuk salah satu murid Umm al-Darda.

Umm al-Darda juga terkenal dengan ucapannya yang menekankan nilai ibadah dari mencari ilmu. "Aku sudah mencari segala cara beribadah. Tak ada yang lebih menenangkan hatiku ketimbang duduk bersama para terpelajar dan bertukar ilmu dengan mereka."

Advertisement
Berita Terkait
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ نُهُوْا عَنِ النَّجْوٰى ثُمَّ يَعُوْدُوْنَ لِمَا نُهُوْا عَنْهُ وَيَتَنٰجَوْنَ بِالْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَتِ الرَّسُوْلِۖ وَاِذَا جَاۤءُوْكَ حَيَّوْكَ بِمَا لَمْ يُحَيِّكَ بِهِ اللّٰهُ ۙوَيَقُوْلُوْنَ فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ لَوْلَا يُعَذِّبُنَا اللّٰهُ بِمَا نَقُوْلُۗ حَسْبُهُمْ جَهَنَّمُۚ يَصْلَوْنَهَاۚ فَبِئْسَ الْمَصِيْرُ
Tidakkah engkau perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan apabila mereka datang kepadamu (Muhammad), mereka mengucapkan salam dengan cara yang bukan seperti yang ditentukan Allah untukmu. Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri, “Mengapa Allah tidak menyiksa kita atas apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Maka neraka itu seburuk-buruk tempat kembali.

(QS. Al-Mujadalah ayat 8)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement