Dorong Digitalisasi UMKM di Papua, SRC-Kemendag Perkenalkan Aplikasi AYO SRC
Red: Fernan Rahadi
Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan Tim Staf Khusus Presiden RI, Yayasan Kitong Bisa, dan Sampoerna menyelenggarakan kegiatan Pelatihan UMKM Bagi Entrepreneur Muda Lokal di Jayapura, Kamis (19/5/2022) lalu.. | Foto: dokpri
REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Setelah sukses memberikan dukungan digitalisasi bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di beberapa kota di Indonesia berupa aplikasi AYO SRC, kini PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna), melalui komunitas toko kelontong tradisional Sampoerna Retail Community (SRC), turut memperkenalkan aplikasi tersebut di Indonesia Timur, salah satunya Pulau Papua. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen Sampoerna dalam mendukung prioritas pemerintah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui digitalisasi bagi UMKM.
Dalam rangka hal tersebut, Kamis (19/5/2022) lalu, Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan Tim Staf Khusus Presiden RI, Yayasan Kitong Bisa, dan Sampoerna menyelenggarakan kegiatan Pelatihan UMKM Bagi Entrepreneur Muda Lokal di Jayapura. Melalui pelatihan dan dukungan digitalisasi dari Sampoerna, pemilik toko kelontong di Papua diharapkan dapat mengembangkan usaha, baik dari sisi produk maupun akses pasar dengan memanfaatkan inovasi dan teknologi dalam pelayanan, stok barang, dan lainya.
Head of Zone East Indonesia Sampoerna, Subur, mengatakan, sejak terbentuk pada tahun 2008 silam, kini SRC telah berkembang sangat pesat di 34 provinsi seluruh Indonesia. Toko kelontong anggota SRC tersebar dari Sabang hingga Merauke, dan dari barat hingga ke ujung timur.
Setelah bergabung dalam jaringan SRC, toko kelontong mencatat kenaikan transaksi penjualan hingga 58 persen dan omzet yang meningkat hingga 54 persen. Bahkan, tercatat sebanyak 84 persen pemilik toko SRC mendapatkan sumber penghasilan utamanya dari SRC.
"Melalui kolaborasi Sampoerna dengan Kementerian Perdagangan dan Yayasan Kitong Bisa, hari ini kami secara resmi memperkenalkan aplikasi AYO SRC di Tanah Papua. Kami percaya bahwa ekosistem AYO SRC sebagai pengembangan ekonomi digital ialah salah satu upaya mendorong pertumbuhan UMKM di Papua," ungkap Subur dalam siaran pers, Senin (23/5/2022).
Saat ini, terdapat 400 toko kelontong di Papua yang tergabung dalam jaringan SRC, sebagian besar berlokasi di Jayapura dan Sorong. Subur berharap, bersama SRC, toko kelontong tradisional mampu beradaptasi dengan perubahan zaman, khususnya di era transformasi digital.
"Setiap daerah memiliki ciri khas produk UMKM yang berbeda dengan daerah lainnya, begitu juga dengan produk asal Papua. Papua memiliki potensi besar untuk berperan strategis dalam perekonomian nasional. Dalam rangka mendukung pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Papua, dibutuhkan kolaborasi antar pihak. Oleh karena itu, kami ingin turut ambil peranan dalam pengembangan pelaku UMKM di sini, khususnya toko kelontong," ujar Subur.
Dalam beberapa terakhir, SRC telah aktif mendorong digitalisasi kepada lebih dari 160 ributoko kelontong binaan di seluruh Indonesia melalui aplikasi AYO SRC. Aplikasi ini merupakan ekosistem digital yang menghubungkan produsen, toko grosir, peritel, serta konsumen. Selain itu AYO SRC juga menyediakan beragam layanan lainnya untuk mendukung kegiatan usaha di sektor ritel.
UMKM merupakan penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, sektor UMKM berkontribusi lebih dari 61 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Digitalisasi ialah salah satu kunci utama untuk mendorong pertumbuhan sektor yang memiliki kemampuan untuk menyerap lebih dari 97 persen tenaga kerja atau sekitar 119,6 juta orang ini.
Keberhasilan transformasi digital UMKM di Indonesia merupakan tanggung jawab bersama. Tidak hanya pemerintah, melainkan seluruh pemangku kepentingan terkait. Sinergi antara pemerintah, pihak swasta, asosiasi, perbankan, hingga masyarakat diharapkan dapat mengakselerasi transformasi digital UMKM.
Digitalisasi UMKM tidak hanya bermanfaat untuk penjualan produk, tetapi juga memungkinkan UMKM untuk mengatur keuangan, memantau cash flow bisnis, hingga memperoleh bahan baku secara daring. Dengan begitu, digitalisasi berperan penting bagi berjalannya proses bisnis UMKM secara keseluruhan.
Upaya digitalitasi UMKM berupa toko kelontong ini terbukti membawa pengaruh positif pada perekonomian nasional dan daerah. Toko Kelontong SRC mampu berkontribusi sebesar Rp 69,3 triliun per tahun terhadap produk domestik bruto (PDB) ritel nasional. “Kami berharap dapat terus mendukung program-program pemerintah, terutama terkait percepatan pemulihan ekonomi nasional, salah satunya melalui digitalisasi UMKM di bawah program SRC,” ujar Subur.
Staf Khusus Presiden RI, Billy Mambrasar, memberikan apresiasi atas berbagai upaya yang dilakukan korporasi dalam mengembangkan sektor UMKM di Indonesia, termasuk program Sampoerna Retail Community.
"Saya berharap langkah ini dapat diikuti oleh para perusahaan lainnya. Pengembangan sektor UMKM tidak hanya dapat dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi juga seluruh pemangku kepentingan lainnya," ujar Billy.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan mengatakan kerja sama dengan berbagai pihak untuk pengembangan usaha dan edukasi pelaku usaha ritel tradisional penting dilakukan agar dapat bertahan dalam persaingan usaha yang ketat. Apalagi, lanjutnya, saat ini terjadi pertumbuhan positif pada perekonomian Indonesia pada Triwulan I-2022 terhadap Triwulan I-2021 sebesar 5,01 persen (y-on-y).
Struktur pertumbuhan ekonomi tersebut masih didominasi oleh Kelompok Provinsi di Pulau Jawa sebesar 57,78 persen, sedangkan kelompok provinsi Maluku dan Papua baru memberikan kontribusi sebesar 2,58 persen. "Hal ini menunjukkan masih besarnya potensi di Provinsi Maluku dan Papua yang belum optimal tergali untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Salah satunya adalah sektor ritel yang merupakan sektor utama pendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga," kata Oke.
Pandemi mendorong terjadinya perubahan pola konsumsi masyarakat. Masyarakat yang dahulu berbelanja harus mengunjungi toko secara langsung, saat ini mulai terbiasa berbelanja secara daring atau online. Cukup dengan bermodal gadget dan pulsa, masyarakat sudah bisa melihat-lihat ragam produk dan bertransaksi. Berbagai kemudahan hingga promosi menarik yang ditawarkan transaksi daring membuat masyarakat semakin terdorong untuk berbelanja secara daring.
"Dengan perubahan tren ini, pemerintah mendorong agar para pelaku usaha ritel tradisional mampu beradaptasi dan mengadopsi perkembangan teknologi yang ada. Dengan demikian, mereka tetap mampu bertahan dalam menghadapi persaingan usaha yang semain ketat di era globalisasi saat ini," katanya.