Senin 23 May 2022 08:25 WIB

Eks Kepala BIN Sentil Singapura Dulu Perdana Menteri Orang Padang

Letjen (Purn) Sutiyoso mewaspadai kedatangan ribuan pekerja asal China di Indonesia.

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) periode 2015-2016 Letjen (Purn) Sutiyoso.
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) periode 2015-2016 Letjen (Purn) Sutiyoso.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Eks Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen (Purn) Sutiyoso merasa miris dengan banyaknya pekerja kasar asal China yang bekerja di Indonesia. Dia menegaskan tidak masalah jika investor itu menanamkan modal sembari membawa tenaga ahli.

Namun, jika yang dibawa malah pekerja tanpa skill yang berjumlah ribuan maka hal itu harus dicurigai. Sutiyoso merujuk kepada banyaknya pekerja asal China yang membanjiri lokasi pabrik smelter di berbagai lokasi di Indonesia.

"Jadi kita harus waspada sekali lagi karena kalau kita diem-diem itu saya jamin orang itu tidak akan pernah pulang ke negeranya. Kalau saya jadi presiden Tiongkok ngurus orang 1,4 miliar itu mau bagaimana, ngasih makannya, ngasih papannya, ngasih sandangnya, belum sekolahnya, belum rumah sakitnya tidak akan mampu. Maka yang paling mudah adalah ekspor orang," kata Sutiyoso dalam acara Silaturrahim Tokoh & Ulama DKI Jakarta yang disiarkan JIC TV pada Rabu (18/5/2022).

Baca: Jokowi Bertemu Elon Musk yang Pakai Kaus di Kantor Space X

Dikutip di Jakarta, Senin (23/5/2022), Sutiyoso mengaku, selama perjalanan kariernya, sudah mengunjungi lebih 50 negara di dunia. Dari semua negara itu, tidak ada satu pun yang bebas dari etnis Tionghoa. Dia pun menyentil wilayah Singapura yang dulunya dihuni mayoritas etnis Melayu, kini mereka menjadi tersisih. Sehingga negeri jiran itu dikuasai keturunan China, baik pemerintahan maupun ekonomi.

"Yang paling deket Singapura saja. Perdana menteri pertama dulu orang Padang, orang Melayu. sekarang gak ada lagi orang Melayu. Lihatlah orang Malaysia sudah hampir, sudah beberapa departemen dipimpin etnis ini kok kita gak kita gak sadar-sadar gitu lho kita ini. Bukan apa saya orang intelijen saya bisa membaca pegawai-pegawai di Kalimantan, Sulawesi yang sampai Papua gak akan dia pernah kembali ke sana pasti di sini," kata gubernur DKI periode 1997-2007 tersebut.

Baca: Peneliti: Ketegasan Menteri Susi Tenggelamkan Kapal Pencuri Ikan Buat Cina tak Bahagia

Dia menyinggung kebijakan pemerintah China yang sempat memberlakukan satu anak. Sutiyoso menerangkan, jika ada keluarga punya dua anak maka pemerintah memperlakukan anak kedua itu seperti yatim piatu. Kebijakan pengetatan populasi di China membuat pekerja negeri Tirai Bambu di Indonesia bisa menghsilkan keturunan secara bebas.

"Nah di sini dia bikin anak sebanyak-banyaknya. Apakah ada yang KB? Gak ada. Apalagi nanti berkolaborasi dengan pengusaha-pengusaha yang kaya di sini, artinya jangan sampai ini karena kita gak sadar-sadar mereka yang mayoritas," kata eks panglima Kodam Jaya itu.

Sutiyoso mengaku sudah tua. Meski begitu, ia tidak bisa diam dan tutup saja melihat kondisi negeri ini. Sutiyoso ingin mewakafkan diri untuk Indonesia agar jangan sampai gara-gara pandemi utang Indonesia menjadi jumbo hingga membuat situasi 2024 bisa seperti 1998.

"Artinya kalau itu terjadi, seorang intelijeen mengantisipasi hal terburuk, kalau terjadi kita pikirkan mulai sekarang. Kita Muslim harus menjadi penjuru untuk mengamankan NKRI sesuai cita-cita leluhur kita terdahulu," kata Sutiyoso.

Baca: Susi Minta ke Menlu Retno Agar Ditunjuk Jadi Utusan Khusus RI Bertemu Presiden Putin

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement