REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Beijing memperpanjang peraturan pembatasan sosial Covid-19. Pemerintah Ibu kota China itu meminta bagi pegawai dan siswa untuk tetap tinggal di rumah setelah tes massal menunjukkan kenaikan angka kasus infeksi Covid-19.
Sejumlah kompleks perumahan di Beijing sudah membatasi pergerakan keluar dan masuk warga. Walaupun kondisi di ibu kota masih lebih ringan dibandingkan Shanghai yang jutaan orang masih menjalani peraturan pembatasan sosial ketat selama dua bulan.
Pada Senin (23/5/2022) Beijing melaporkan kasus infeksi bertambah 99 kasus. Naik dari rata-rata kasus harian yang sebanyak 50 kasus.
Total kasus infeksi Covid-19 di seluruh China Daratan bertambah 802 kasus. Angka ini menunjukkan adanya penurunan meski ada penyebaran skala kecil di sejumlah daerah.
Namun pemerintah China melanjutkan peraturan-peraturan sosial yang ketat. Seperti karantina, penutupan wilayah, dan tes massal untuk menerapkan pendekatan "Covid-19 nol" ketika sebagian besar negara lain di dunia sudah membuka perbatasannya.
Sementara itu, Shanghai membuka kembali sebagian kecil perjalanan kereta bawah tanah terpanjang di dunia pada Ahad (22/5/2023), setelah beberapa jalur ditutup selama hampir dua bulan. Secara bertahap Shanghai mulai melonggarkan pembatasan setelah menerapkan penguncian ketat untuk mengekang penyebaran Covid-19.
Dibukanya beberapa rute kereta bawah tanah menjadi angin segar bagi warga Shanghai. Sebagian besar warga Shanghai berkelana di pusat komersial dengan mengenakan gaun pelindung biru dan masker. Di dalam gerbong kereta bawah tanah, penumpang terlihat menjaga jarak. Beberapa kursi dibiarkan kosong untuk memberikan jarak satu sama lain.
Shanghai juga mulai membuka kembali sektor bisnis seperti pusat perbelanjaan dan salon.