Selasa 24 May 2022 01:45 WIB

Investor Asing di SBN Berkurang, Sri Mulyani: Dampaknya Positif

Penurunan jumlah SBN yang dipegang asing berdampak positif berupa stabilitas.

Rep: Novita Intan/ Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID,

JAKARTA-- Pemerintah mencatat kepemilikan investor asing di pasar surat berharga negara (SBN) berada level 16,4 persen per 19 Mei 2022. Adapun pada tahun lalu porsi investor asing dalam SBN sebanyak 19 persen dan pada 2020 sebesar 25 persen.

Baca Juga

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penurunan ini akibat perubahan ekonomi global. "Pasar obligasi domestik kita mengalami imbas dari perubahan ekonomi global," ujarnya saat konferensi pers APBN KiTA secara virtual, Senin (23/5/2022).

Menurutnya penurunan jumlah SBN yang dipegang oleh asing dapat menimbulkan dampak positif berupa stabilitas. Hal ini dikarenakan pasar obligasi Indonesia tidak mengalami gejolak dengan perubahan aliran modal asing.

Namun Sri Mulyani mengingatkan terdapat dampak negatif penurunan porsi asing dalam SBN berupa kompetisi harga yang perlu diwaspadai.

"Untuk itu kita harus terus menjaga kecenderungan kenaikan suku bunga AS akan turut berimbas kepada imbal hasil atau yield SBN domestik," ucapnya.

Menurut dia, adanya pernyataan mengenai kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang mencapai 50 basis poin satu kali pertemuan dan akan terjadi tujuh kali perubahan pada tahun ini membuat modal asing keluar dari negara-negara pasar berkembang (emerging market), termasuk di Indonesia.

Kenaikan yield SBN Indonesia, lanjut dia, memiliki arti bahwa biaya untuk utang atau cost of fund juga akan mengalami kenaikan. Saat ini imbal hasil SBN Indonesia tenor 10 tahun meningkat sebesar 13,2 persen menjadi 7,2 persen per 19 Mei 2022 jika dibandingkan dengan awal tahun (year-to-date/ytd).

Kendati kenaikan tersebut cukup tinggi, Sri Mulyani menilai peningkatan yield SBN tenor 10 tahun negara lain pun lebih besar lagi, seperti yield SBN Meksiko yang meningkat 14,7 persen (ytd), Malaysia 21,7 persen (ytd), Filipina 36,7 persen (ytd), dan AS 84,2 persen (ytd).

Dari sisi lain, Sri Mulyani menjelaskan, Indonesia masih membutuhkan utang, sehingga ketika yield SBN mengalami kenaikan di negara kawasan, maka akan memberikan tekanan terhadap Indonesia.

"Kita harus menjaga kenaikan suku bunga (dunia) berimbas ke yield surat berharga negara kita, artinya biaya utang atau cost of fund naik," jelasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement