Selasa 24 May 2022 06:38 WIB

Terbitkan Buku Tematik, Perpusnas Dukung Presidensi G20 Indonesia

Presidensi G20 Indonesia adalah peristiwa penting yang harus didukung semua pihak

Rep: ronggo astungkoro/ Red: Hiru Muhammad
 Dalam upaya mendukung Presidensi G20 Indonesia, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) akan menerbitkan buku terkait G20.   Tampak pengunjung membaca buku di Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta.
Foto: ANTARA FOTO/INDRIANTO EKO SUWARSO
Dalam upaya mendukung Presidensi G20 Indonesia, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) akan menerbitkan buku terkait G20. Tampak pengunjung membaca buku di Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dalam upaya mendukung Presidensi G20 Indonesia, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) akan menerbitkan buku terkait G20. Buku berupa antologi tersebut merupakan hasil tulisan dari 150 penulis dari beragam profesi yang berasal dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

"Hasil tulisan ini rencananya akan dibukukan dan diterbitkan Perpusnas Press untuk menjadi karya yang membumikan narasi agar mendapat perhatian dan dukungan masyarakat, serta sebagai masukan dalam perhelatan G20," ungkap Kepala Biro Hukum, Organisasi, Kerja Sama, dan Hubungan Masyarakat Perpusnas, Sri Marganingsih, dalam siaran pers, Selass (24/5/2022).

Baca Juga

Sri menerangkan, gagasan dan ide dalam buku tersebut merupakan bagian dari kolaborasi Perpusnas, Rumah Produktif Indonesia, dan para penulis. Menurut dia, Presidensi G20 Indonesia merupakan peristiwa penting yang harus didukung seluruh elemen masyarakat Indonesia, termasuk oleh Perpusnas.

Editor yang juga penulis buku tersebut, Yanuardi Syukur, menyebutkan, tulisan yang masuk ke dalam buku itu memiliki beragam tema. Ada sejumlah isu yang masuk ke dalam buku itu, termasuk isu ingkungan, agama, hubungan internasional, pendidikan, kearifan lokal, dan ekonomi kreatif.

"Buku ini sangat memperkaya pengetahuan kita. Tidak hanya memperkaya untuk para pembaca, tapi juga memperkaya perspektif bagi para elite yang nanti akan mengambil keputusan berkaitan dengan G20," tutur Yanuardi.

Dia menambahkan, tulisan-tulisan tersebut merupakan masukan dari masyarakat untuk para kepala negara yang akan melakukan KTT di Bali. Dosen di Universitas Khairun, Ternate, itu menjelaskan, buku antologi yang sedang proses pengeditan ini merupakan perwujudan sila ketiga Pancasila.

“Kita bersatu dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Ada semua itu, bersama-sama untuk menulis dan berkontribusi untuk Indonesia," ungkap dia.

Yanuardi mengajak masyarakat, khususnya para penulis, untuk menyebarkan konten yang baik dan kreatif, untuk mendukung Indonesia yang mendapatkan kepercayaan sebagai Presidensi kemitraan multilateral 20 negara maju dunia tersebut.

Salah seorang penulis, Herman Oesman, mengulas isu lingkungan di daerah asalnya, Maluku Utara. Dalam tulisannya, dosen sosiologi FISIP Universitas Muhammadiyah Maluku Utara itu mengungkapkan, Maluku Utara merupakan salah satu daerah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia pada 2021 yakni sebesar 16,4 persen dan para triwulan pertama 2022 sebesar 7,10 persen.

Sumbangan didominasi industri pengolahan, pertambangan dan penggalian. Namun mirisnya, masyarakat yang berada di wilayah tambang justru dililit kemiskinan dan stunting."Lewat G20 ini, lewat tulisan yang kita support dari penerbitan buku ini, diharapkan akan ada pikiran-pikiran atau kesadaran baru bahwa ternyata lingkungan yang ada di daerah-daerah yang jauh dari kekuasaan itu, harus juga menjadi bahan perhatian utama, terutama para elite," jelas dia.

Penulis lainnya, Sitta Rosdaniah, mengungkapkan, tulisannya mengambil tema mengenai ketahanan pangan. Koordinator Analisis Ekonomi dan Sektor Industri Kementerian BUMN itu mengulas kebijakan subsidi pertanian untuk ketahanan pangan yang berkelanjutan.

Sitta yang terlibat dalam lembaga think tank G20, Think 20 (T20), menyoroti efektivitas subsidi pertanian yang tujuan utamanya ketahanan pangan. Timnya menemukan beberapa tendensi subsidi pertanian yang saling menghapus dengan tujuan utama.

“Salah satu contohnya, kebijakan untuk mendorong peningkatan produksi pertanian dengan memberikan subsisi pupuk. Apakah ini efektif? Ternyata dari data yang kami lihat di Think 20, ada dampak kerusakan kualitas tanah kita, tempat kita melakukan produksi pangan. Ini sangat berbahaya kalau diteruskan. Padahal tujuan subsidi pupuk ini untuk membantu petani kecil," jelas dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement