Selasa 24 May 2022 23:50 WIB

Empat Pasien DBD di Probolinggo tidak Tertolong Nyawanya

Kasus DBD di Probolinggo selama empat bulan terakhir meningkat.

Red: Ani Nursalikah
Petugas melakukan pengasapan (fogging)guna mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di kawasan permukiman. Empat Pasien DBD di Probolinggo tidak Tertolong Nyawanya
Foto: ANTARA/Asprilla Dwi Adha
Petugas melakukan pengasapan (fogging)guna mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di kawasan permukiman. Empat Pasien DBD di Probolinggo tidak Tertolong Nyawanya

REPUBLIKA.CO.ID, PROBOLINGGO -- Sebanyak empat pasien demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur meninggal dunia selama Januari hingga April 2022 yang terdiri tiga anak-anak dan satu orang dewasa.

"Kasus DBD selama empat bulan terakhir meningkat. Berdasarkan data jumlah kasus DBD sejak Januari hingga April 2022 tercatat sebanyak 212 kasus dan empat pasien di antaranya meninggal dunia," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo Mujoko, Selasa (24/5/2022).

Baca Juga

Menurut dia, faktor kematian terjadi karena pasien datang ke puskesmas sudah dalam kondisi kurang baik sehingga begitu masuk rumah sakit kondisinya sudah memburuk dan berdasarkan informasi rata-rata kematian itu karena faktor dehidrasi. "Intinya pasien DBD harusnya tidak boleh ada kasus kematian, namun karena kematian itu menurut data yang ada virulensinya begitu ganas dan cepat sekali. Penanganannya sebetulnya kalau diikuti sudah ditangani dengan baik, tetapi balik lagi kecepatan pemulihan," ujarnya.

Secara teori, pasien DBD jarang yang meninggal, tetapi kecepatan DBD itu luar biasa. Jika sampai hari kelimanya lolos, maka akan lolos. Tetapi, kalau semisal semakin memburuk sampai hari kelima biasanya cenderung meninggal dunia karena tubuhnya sudah drop dan banyak pembuluh darah yang pecah.

Ia mengimbau masyarakat harus waspada karena sudah memasuki musim hujan. Kabupaten Probolinggo khususnya tepi pantai merupakan daerah endemis, sehingga setiap tahun pasti ada yang terkena DBD.

"Usaha pencegahan paling sederhana adalah di tempat tidur dikasih kelambu karena nyamuk itu datangnya pagi mulai pukul 09.00 WIB hingga 10.00 WIB dan sore pada pukul 15.00 hingga 17.00 WIB," katanya.

Mujoko mengimbau masyarakat mengenali gejala penyakit DBD, yakni batuk, demam, pilek, kelelahan, dan sebagainya. Pasien dapat berobat ke puskesmas atau rumah sakit sebelum kondisi pasien memburuk.

"Gejala awal adalah panas, lemah, lesu sekali dan semuanya menurun. Biasanya kalau anak-anak gerakannya luar biasa tiba-tiba menurun. Jika dewasa itu sudah merasa loyo dan lemah," ujarnya.

Ia menjelaskan gejala DBD sangat spesifik karena biasanya demam pada hari pertama, tiba-tiba naik dan turun serta mulai ada bercak-bercak merah. Pasien disarankan mengambil sampel darah dan jika diperiksa selama lima menit, maka akan tampak pembuluh darah di bawah kulit.

"Misalnya ada anak sakit hingga panasnya tinggi dan keluar bercak berupa warna merah. Jika ditekan atau penetrasi ditarik ke kanan dan kiri. Jika merahnya semakin jelas itu ada indikasi mengarah ke DBD, tapi kalau merahnya hilang berarti itu gigitan nyamuk biasa atau alergi," katanya.

Upaya yang sudah dilakukan Dinkes Probolinggo begitu ada kasus DBD dan menerima hasil laboratorium rumah sakit bahwa betul-betul diagnosa DBD, maka Dinkes melalui puskesmas akan melakukan penyelidikan epidemiologi dengan cepat. "Nanti akan dilihat kanan kirinya sebanyak 20 rumah. Jika ada jentik maka akan diputuskan untuk dilaporkan ke Dinas Kesehatan dan izin untuk dilakukan pengasapan atau fogging," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement