REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Amerika Serikat (AS) dan Inggris menuduh Rusia menyebarkan informasi palsu dan memanipulasi opini publik tentang perang di Ukraina. Dua negara itu juga membantah tuduhan Rusia bahwa Barat ingin menguasai semua arus informasi dan menentukan mana yang benar dan tidak.
"(Rusia menggunakan) pabrik ujaran kebencian untuk menyebarkan informasi palsu dan memanipulasi opini publik tentang perang," katanya pada Selasa (24/5/2022).
Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengatakan pemerintah Rusia menutup, membatasi dan menurunkan koneksi internet. Ia menambahkan Moskow juga menyensor konten dan menyebarkan informasi palsu di internet.
"Dan mengintimidasi dan menangkap jurnalis yang melaporkan kebenaran tentang invasi," katanya.
Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menuduh negara-negara yang menyebut diri mereka sebagai "komunitas demokrasi" telah membangun "totalitarianisme dunia maya" dan bersama raksasa teknologi seperti Meta menutup saluran televisi Rusia. Serta mengusir jurnalis Rusia dan menutup akses situs-situs Rusia.
Nebenzia kembali menuduh pemerintah dan media Barat merekayasa berita militer Rusia membunuh warga sipil di Bucha dekat Kiev. Ia mengklaim para warga sipil tewas akibat luka yang disebabkan tembakan artileri yang ditembakan senjata lawas tentara Ukraina.
Roscoe menolak klaim Rusia tentang "provokasi bertahap" dan dorongan agar Ukraina yang bertanggung jawab atas kematian warga sipil. Walaupun pasukan Rusia yang menduduki kota-kota mereka. Ia mengatakan citra satelit membuktikan jenazah-jenazah warga sipil di Bucha setelah Rusia menduduki kota itu.