Selasa 24 May 2022 23:13 WIB

BI Proyeksi Inflasi 2022 akan Meningkat di Atas 4 Persen

BI menuturkan saat ini inflasi masih terkendali dan mendukung stabilitas perekonomian

Red: Friska Yolandha
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan inflasi tahun 2022 akan meningkat hingga mencapai level di atas empat persen
Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan inflasi tahun 2022 akan meningkat hingga mencapai level di atas empat persen

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memproyeksikan inflasi 2022 akan meningkat hingga mencapai level di atas empat persen atau melewati target dua persen hingga empat persen.

Perkiraan tersebut mempertimbangkan kebijakan fiskal yang telah ditetapkan oleh pemerintah berupa kenaikan subsidi, koordinasi erat Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID), serta langkah BI dalam mengendalikan likuiditas dan menjaga stabilitas khususnya melalui kebijakan moneter.

Baca Juga

"Hanya sedikit di atas empat persen, tetapi tidak akan jauh," ucap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan Mei 2022 di Jakarta, Selasa (24/5/2022).

Perry Warjiyo menuturkan saat ini inflasi masih terkendali dan mendukung stabilitas perekonomian. Ini tecermin dari Indeks Harga Konsumen (IHK) pada April 2022 tercatat inflasi sebesar 0,95 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month to month/mtm).

Secara tahunan, inflasi IHK April 2022 tercatat 3,47 persen (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 2,64 persen (yoy), seiring dengan peningkatan harga komoditas global, mobilitas masyarakat, dan pola musiman Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Inflasi inti tetap terjaga di tengah permintaan domestik yang meningkat, stabilitas nilai tukar yang terjaga, dan konsistensi kebijakan BI dalam mengarahkan ekspektasi inflasi.

Kendati begitu, ia menyampaikan inflasi kelompok harga bergejolak alias volatile food meningkat terutama dipengaruhi kenaikan inflasi minyak goreng seiring penyesuaian Harga Eceran Tertinggi (HET). "Inflasi kelompok harga diatur pemerintah atau administered prices dipengaruhi oleh inflasi angkutan udara, bensin dan bahan bakar rumah tangga," tambahnya.

Ke depan, ia memperkirakan tekanan inflasi masih berlanjut sejalan dengan meningkatnya harga komoditas global. Maka dari itu, bank sentral terus mewaspadai dampaknya terhadap peningkatan ekspektasi inflasi dan menempuh langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan terkendalinya stabilitas inflasi ke depan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement