Selasa 24 May 2022 23:49 WIB

Hadiri WEF, Menteri Bahlil Bicara Soal Kebijakan Pengurangan Emisi Karbon

Menteri Bahlil menyebut regulasi global investasi di pasar karbon belum cukup adil

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menghadiri sesi panel dalam World Economic Forum (WEF) Annual Meeting 2022 bertajuk 'Unlocking Carbon Markets' di Davos, Swiss, (23/5). Sesi itu berbicara tentang apa yang diperlukan dalam pembiayaan pasar karbon (carbon market financing) guna mempercepat transisi ke ekonomi tanpa emisi yang ramah lingkungan. Bahlil menyebut regulasi global investasi di pasar karbon belum cukup adil
Foto: Republika/Iit Septyaningsih
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menghadiri sesi panel dalam World Economic Forum (WEF) Annual Meeting 2022 bertajuk 'Unlocking Carbon Markets' di Davos, Swiss, (23/5). Sesi itu berbicara tentang apa yang diperlukan dalam pembiayaan pasar karbon (carbon market financing) guna mempercepat transisi ke ekonomi tanpa emisi yang ramah lingkungan. Bahlil menyebut regulasi global investasi di pasar karbon belum cukup adil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menghadiri sesi panel dalam World Economic Forum (WEF) Annual Meeting 2022 bertajuk 'Unlocking Carbon Markets' di Davos, Swiss, (23/5). Sesi itu berbicara tentang apa yang diperlukan dalam pembiayaan pasar karbon (carbon market financing) guna mempercepat transisi ke ekonomi tanpa emisi yang ramah lingkungan.

Berbicara tentang bagaimana kebijakan pasar karbon di Indonesia terkait pengurangan emisi karbon, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyampaikan, adanya kondisi obyektif setiap negara yang berbeda. Menurut Bahlil, saat ini regulasi global terkait investasi di pasar karbon belum cukup adil.

Harga karbon yang bersumber dari negara maju jauh lebih baik dibandingkan dari negara berkembang. Bahkan termasuk negara-negara yang memiliki sumber daya alam untuk menghasilkan karbon.

“Saya punya satu kekhawatiran, moderator. Ketika ini tidak mampu kita mediasi dan mitigasi secara baik, maka saya tidak menjamin rakyat sekitar hutan akan memelihara hutan. Negara berkembang belum punya cukup kapital untuk melakukan investasi hal ini, karena ini kita butuh kolaborasi yang baik. Kita ingin melahirkan produk yang hijau, tetapi kita juga ingin suatu kolaborasi yang saling menguntungkan dalam rangka investasi,” ujar Bahlil dalam siaran pers, Selasa (24/5).

Ia menjelaskan, Presiden Joko Widodo saat ini memiliki komitmen memasuki era zero emission pada 2060 mendatang, yang akan mulai dilakukan secara bertahap. Dirinya mengajak para investor datang ke Indonesia dan berinvestasi.

“Saya undang teman-teman yang melakukan investasi ini. Seluruh perizinannya kami urus dengan perhitungan yang win-win. Tidak boleh ada standar ganda menurut saya. Ketika ada satu upaya strategis standar ganda, di sini ada kegagalan kita semua dan harus fair, harus terbuka,” tuturnya.

Bahlil melanjutkan, salah satu fokus pemerintah Indonesia saat ini yaitu mewujudkan ekosistem industri hilirisasi dalam mendorong investasi hijau di Indonesia. Salah satunya ekosistem industri baterai listrik. 

Hal ini merupakan salah satu bentuk kontribusi pemerintah Indonesia dalam menurunkan emisi karbon dan membentuk tata kelola lingkungan yang baik. Selain itu, pemerintah Indonesia telah melakukan pengelolaan kebun sawit dengan memperhatikan rekomendasi dari global. Tidak lagi menebang dan saat ini sedang diberlakukan moratorium penebangan hutan untuk menjadi kebun sawit. 

“Pada saat kita melarang ekspor sawit, dunia berteriak. Kita begitu baru menyetop sedikit ekspor batu bara dunia juga teriak. Jadi saya katakan gak boleh ada standarnya. Jadi kalo kita mau, ayo duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Seluruh dunia sudah merdeka, tidak bisa lagi ada menyatakan dia lebih hebat dari negara lain. Karena ini persoalan dunia,” ujar dia.

WEF Annual Meeting merupakan pertemuan tahunan yang diadakan di Davos, Swiss dengan mengundang tokoh dunia dari berbagai negara dan beragam industri untuk berdiskusi bersama menetapkan inisiatif dalam penyelesaian isu-isu global. WEF 2022 ini merupakan yang pertama diselenggarakan kembali sejak pandemi COVID-19 dengan mengangkat tema "Working Together, Restoring Trust".

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement