REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Militer Korea Selatan mengatakan pada Rabu (25/5/2022), Korea Utara menembakkan tiga rudal balistik di lepas pantai timurnya. Tindakan itu dilakukan hanya beberapa jam setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meninggalkan wilayah itu.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan tiga peluncuran rudal balistik ditembakkan dalam waktu kurang dari satu jam dari daerah Sunan, ibu kota Korea Utara, Pyongyang. Pemerintah Jepang melaporkan setidaknya dua peluncuran, tetapi mengakui bahwa mungkin ada lebih banyak lagi.
Salah satu rudal terbang dengan jarak sekitar 750 km hingga ketinggian maksimum 50 km dan tampaknya mampu mengubah lintasannya dalam penerbangan. Rudal lain terbang sekitar 300 km dan mencapai ketinggian maksimum 550 km. Kantor berita dari Jepang NHK mengatakan, rudal itu tampaknya jatuh di luar zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang.
Sedangkan Komando Indo-Pasifik militer AS mengatakan, telah mengetahui beberapa peluncuran. Pasukan itu menyoroti dampak destabilisasi dari program senjata gelap Korea Utara, meski tindakan itu tidak menimbulkan ancaman langsung.
Korea Utara telah melakukan serangkaian peluncuran rudal tahun ini, mulai dari senjata hipersonik hingga uji tembak rudal balistik antarbenua (ICBM) terbesarnya untuk pertama kalinya dalam hampir lima tahun. Pyongyang juga sedang bersiap untuk menguji senjata nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017.
Pejabat AS dan Korea Selatan baru-baru ini memperingatkan bahwa Korea Utara tampaknya siap untuk uji senjata lain, mungkin selama kunjungan Biden pertama kali ke Asia sebagai presiden. Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan, Biden meninggalkan Jepang pada Selasa (24/5/2022) malam dan telah diberitahu tentang peluncuran tersebut dan akan terus menerima pembaruan.
Selama akhir pekan di Seoul, Biden dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol setuju untuk mengadakan latihan militer yang lebih besar dan mengerahkan lebih banyak aset strategis AS jika perlu untuk mencegah uji coba senjata intensif Korea Utara. Namun mereka juga menawarkan untuk mengirim vaksin Covid-19 ke Korea Utara ketika negara yang terisolasi itu memerangi wabah pertama yang dikonfirmasi dan meminta Pyongyang untuk kembali berdiplomasi.