Kamis 26 May 2022 00:02 WIB

Perpusnas: Satu Buku Ditunggu 90 Orang di Indonesia

Nilai tingkat gemar membaca masyarakat Indonesia pada 2021 mencapai angka 59,52

Rep: ronggo astungkoro/ Red: Hiru Muhammad
Petugas mengarahkan pengunjung tentang penggunaan aplikasi iPusnas di Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta, Rabu (5/8/2020). Berdasarkan data Perpusnas, pengguna aplikasi perpustakaan digital itu pada 2020 meningkat sekitar tiga kali lipat menjadi 94.833 dibandingkan jumlah pengguna pada 2019.
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Petugas mengarahkan pengunjung tentang penggunaan aplikasi iPusnas di Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta, Rabu (5/8/2020). Berdasarkan data Perpusnas, pengguna aplikasi perpustakaan digital itu pada 2020 meningkat sekitar tiga kali lipat menjadi 94.833 dibandingkan jumlah pengguna pada 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas RI, Deni Kurniadi, mengungkapkan, capaian koleksi serah simpan karya cetak dan karya rekam pada 2022 ada di angka 2.939.008 eksemplar, yang berada di Perpusnas dan perpustakaan di daerah. Rasio yang dihasilkan dari jumlah tersebut, yang dibandingkan dengan jumlah penduduk di Indonesia, dia nilai kurang jika merujuk standar UNESCO.

"Jumlah capaian koleksi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di di Indonesia rasionya adalah 1 berbanding 90. Artinya, satu buku ditunggu oleh 90 orang. Jumlah koleksi ini masih sangat kurang jika dibandingkan dengan rasio kebutuhan dengan penduduk di Indonesia karena menurut standar UNESCO adalah satu orang membaca tiga buku baru per tahun," ungkap Deni dalam webinar, Rabu (25/5/2022).

Baca Juga

Dia kemudian membandingkannya dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 dan hasil kajian penerbitan. Data dari sana menunjukkan, jumlah terbitan secara nasional sejak 2015-2020 ada sebanyak 404.037 judul dengan jumlah penerbit aktif secara nasional sebanyak 8.969 penerbit. Jumlah terbitan nasional tersebut jika dibandingkan dengan jumlah masyarakat Indonesia menghasilkan rasio 1 berbanding 514."Artinya jumlah terbitan secara nasional tidak mencukupi dibandingkan dengan jumlah penduduk di Indonesia," kata dia.

Pada kesempatan itu dia juga menerangkan, Perpusnas RI sebagai pembina semua jenis perpustakaan dan sektor utama dalam pembinaan dan pembudayaan kegemaran membaca telah melakukan pemetaan kondisi kegemaran membaca di indonesia. Lewat kajian kegemaran membaca masyarakat indonesia di tahun 2021, yang mencakup 34 provinsi di Indonesia, nilai tingkat gemar membaca masyarakat Indonesia pada 2021 mencapai angka 59,52 dari skala 0-100.

"Termasuk dalam peringkat sedang. Dan ini terus meningkat sejak tahun 2016 di angka 26, kemudian 2017 di angka 37, yang artinya masih rendah, dan baru di tahun 2018 mencapai angka 50 dengan predikat sedang," kata dia.

Menurut Deni, pemerintah terus berupaya untuk membangun kegemaran membaca dan budaya literasi. Di mana, kata dia, hal itu senada dengan agenda pembangunan nasional yang dituangkan di dalam RPJMN 2020-2024 kegiatan prioritas nasional, yaitu revolusi mental dan kebudayaan, yang salah satunya adalah melalui penguatan budaya literasi.

"Budaya literasi menjadi hal yang sangat fundamental. Melalui literasi kita akan mewujudkan masyarakat berpengetahuan, inovatif, kreatif, dan berkarakter. Literasi perlu terus kita dorong agar masyarakat kita berkualitas di dalam hidupnya yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan," jelas Deni.

Dia menjelaskan, penguasaan literasi yang mumpuni akan membantu manusia secara personal dan komunal dalam menghadapi dunia virtual yang semakin hari semakin kompleks dan pintar. Karena itu, peningkatan budaya literasi dilakukan dengan mencakup peningkatan gemar membaca di masyarakat, kemudian peningkatan perbukuan dan konten literasi, serta peningkatan akses layanan dan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement