Rabu 25 May 2022 17:44 WIB

Dirut BRI Tegaskan Komitmen Dorong Inklusi Keuangan di Forum Ekonomi Dunia

Dalam Forum Annual Meeting WEF 2022 Dirut BRI tegaskan inklusi keuangan dan ESG

Red: Christiyaningsih
Dirut BRI Sunarso menghadiri World Economic Forum (WEF) 2022 yang diselenggarakan di Davos, Swiss.
Foto: BRI
Dirut BRI Sunarso menghadiri World Economic Forum (WEF) 2022 yang diselenggarakan di Davos, Swiss.

REPUBLIKA.CO.ID, DAVOS - World Economic Forum (WEF) 2022 yang diselenggarakan di Davos, Swiss kali ini mengusung tema Working Together, Restoring Trust. WEF 2022 diselenggarakan sejak tanggal 22 - 26 Mei 2022. BRI turut hadir mengikuti forum ekonomi tingkat dunia tersebut yang diwakili Direktur Utama BRI Sunarso. 

Sunarso membagikan pengalamannya mengikuti forum tersebut. Jumlah partisipan yang hadir dalam WEF 2022 sekitar 2.000 orang, yang merupakan perwakilan tokoh-tokoh berpengaruh di dunia. Mereka meliputi pemimpin negara, regulator, top CEO perusahaan global, dan pihak-pihak yang berpengaruh lainnya. Topik yang menjadi bahasan utama dalam WEF 2022 di antaranya adalah globalisasi, digitalisasi, implementasi ESG Global, serta inklusi keuangan.

Baca Juga

Topik pertama membahas evaluasi dampak globalisasi serta tren globalisasi di masa depan. Para panelis melihat bahwa globalisasi telah mendorong pertumbuhan ekonomi global. Namun saat ini juga terdapat kecenderungan terjadi “fragmentasi” dalam skala regional bahkan domestik yang diperkirakan dapat mengganggu laju pertumbuhan ekonomi global di masa datang. Faktor yang mendorong terjadinya fragmentasi tersebut antara lain pandemi Covid-19, perkembangan geopolitik, trade dispute, dan lain sebagainya.

Menyikapi kecenderungan terjadinya fragmentasi yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global tersebut, para panelis menekankan pentingnya kolaborasi dan kerja sama antara semua pihak. Isu-isu yang berkaitan dengan pandemi, perubahan iklim, geopolitik, pertumbuhan ekonomi, cyber security, dan masalah global lainnya hanya dapat berhasil diatasi jika dilakukan secara kolaboratif.  

Topik kedua yang juga menarik minat banyak peserta WEF 2022 adalah hal-hal yang berkaitan dengan isu Environment, Social, and Governance (ESG). ESG memiliki peranan penting untuk mendukung sustainability atau keberlanjutan kehidupan manusia serta mendorong tingkat kemakmuran (prosperity). 

“BRI melihat pelaku usaha segmen UMKM sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia memegang peranan penting dalam penerapan prinsip-prinsip ESG ke depan. Oleh karena itu, menjadi hal yang krusial untuk memberikan edukasi untuk meningkatkan kesadaran dari para pelaku usaha UMKM akan pentingnya memastikan keberlanjutan usaha mereka melalui penerapan prinsip-prinsip ESG”, ungkapnya.  

Lebih lanjut, Sunarso menjelaskan BRI juga melihat penerapan ESG yang konsisten dan terarah harus dimulai dari concern utama, yaitu Governance. Dengan Governance yang baik, penerapan ESG diharapkan akan lebih terarah dan terukur sehingga dapat mendorong keberlangsungan usaha yang dijalankan. Tone from the top atau inisiasi dari leader/pimpinan menjadi elemen penting untuk mendorong penerapan sisi Governance ini. 

Terakhir adalah yang terkait dengan inklusi keuangan. Inklusi keuangan yang melibatkan kontribusi dari banyak pelaku usaha (inclusivity) dibandingkan yang berfokus pada pelaku usaha tertentu menjadi faktor penting untuk pemerataan ekonomi dan kesejahteraan (prosperity). Namun demikian, pandemi covid-19 memberikan pelajaran bagi kita bahwa selain inklusi keuangan, hal kritis lain yang perlu ditindaklanjuti adalah digitalisasi. Isu ini sangat relevan dengan apa yang terjadi di Indonesia. 

Inklusi keuangan di Indonesia tercatat sebesar 76% dan pemerintah mentargetkan menjadi 90% di 2024. Namun financial literacy index di Indonesia masih relatif rendah di bawah 40%.  

Sunarso mengungkapkan, BRI sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia yang telah lama berkecimpung dalam pengembangan bisnis UMKM di Indonesia, melalui survei yang dilakukan pada tahun 2020 telah mempelajari karakteristik nasabahnya, yaitu;

• Nasabah UMKM, terutama Mikro dan Ultra Mikro mempunyai pengetahuan yang terbatas mengenai produk-produk keuangan

• Nasabah tidak nyaman dengan produk pinjaman konvensional perbankan yang memiliki term & condition yang kaku (rigid) mengingat nasabah tidak mempunyai cashflow yang stabil

• Nasabah membutuhkan lembaga keuangan terpercaya dengan karakteristik lokal. Proximity atau kedekatan jarak dan trust merupakan pertimbangan utama nasabah dalam mengakses layanan keuangan perbankan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement