Rabu 25 May 2022 23:27 WIB

Jokowi Apresiasi Peran MDMC Muhammadiyah di Pameran Risiko Bencana

Muhammadiyah selama ini membantu pemerintah mengurangi dampak bencana.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Ilham Tirta
Presiden Joko Widodo.
Foto: ANTARA/HO-Biro Pers Setpres
Presiden Joko Widodo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Jokowi mengunjungi pameran Rumah Resiliensi Indonesia usai membuka secara resmi Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) di Nusa Dua Bali, Rabu (25/5/2022). Saat mengunjungi stand Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Presiden Jokowi mengapresiasi peran Muhammadiyah yang selama ini ikut membantu pemerintah mengurangi dampak dan resiko bencana di tanah air.

Wakil Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Rahmawati Husein mendampingi Presiden Jokowi dan tim Kemenko PMK saat mengunjungi stand MDMC. Rahmawati Husein menjelaskan kepada Presiden Jokowi gambaran peran Muhammadiyah dalam upaya pengurangan risiko bencana.

Baca Juga

Beberapa program dipaparkan, seperti Program Rumah Sakit Aman Bencana (RSAB), Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) dan Masyarakat Tangguh Bencana (MASTANA). Ketiganya menjadi program Muhammadiyah yang terus berinovasi, terutama dalam masa pandemi Covid-19.

Presiden mendapat penjelasan tentang program UBAH yang merupakan inovasi MDMC dalam upaya menerapkan prinsip-prinsip SPAB. Tujuannya, agar menjadi lebih mudah diterapkan secara mandiri oleh sekolah-sekolah di Indonesia.

"Program ini membangun usaha perubahan perilaku siswa dan guru melalui micro influencer untuk pembelajaran tatap muka aman selama pandemi Covid-19, yang bisa dikembangkan untuk menghadapi ancaman bencana secara umum," jelas Rahmawati.

Presiden juga mendapat penjelasan tentang program SAHABAT sebagai inovasi program MASTANA selama pandemi Covid-19. Program ini mengusahakan kemampuan relawan desa untuk mengelola data pandemi dengan teknologi informasi dan membangun koordinasi pemangku kepentingan desa untuk bencana secara umum.

Inovasi tersebut sesuai dengan isi pidato Presiden Jokowi dalam pembukaan GPDRR yang menekankan pentingnya untuk memperkuat budaya dan kelembagaan siaga bencana yang antisipatif, responsif, dan adaptif menghadapi bencana.

“Pendidikan aman bencana serta kelembagaan pemerintahan dan sosial yang sinergis dan tanggap terhadap bencana harus menjadi prioritas kita bersama,” kata Jokowi dalam pidatonya.

Peran Faith Based Organization

Dalam kesempatan itu, Rahmawati yang juga unsur pengarah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), juga menyampaikan capaian Muhammadiyah dalam tanggap darurat dan rehabilitasi. Mantan anggota penasehat lembaga PBB untuk bantuan darurat kemanusiaan (UNCERF) memaparkan rekonstruksi bencana yang rata-rata setiap tahunnya berkisar 100-200 kejadian kebencanaan di Indonesia.

Karena itu, ia menyampaikan kepada presiden yang khas dari Indonesia dan bisa disampaikan sebagai praktik baik untuk dunia, adalah adanya usaha pengurangan risiko bencana yang sangat aktif oleh organisasi berbasis agama atau Faith Base Organization. Basis organisasi keagamaan ini bergerak dengan solid melaui Humanitarian Forum Indonesia dimana Muhammadiyah aktif dan menjadi salah satu pendirinya.

Selain itu, Rahmawati menjelaskan, inisiatif Pengurangan Resiko Bencana (PRB) di Indonesia juga diusahakan bersama melalui berbagai platform. Seperti Sekretariat Nasional SPAB, Konsorsium Pendidikan Bencana (KPB), aliansi NGO Sejajar, serta Gerakan Solidaritas dan Kedermawanan.

Informasi pada pameran MDMC kali ini juga menjelaskan selain bekerja sama dengan mitra nasional termasuk BNPB, Muhammadiyah juga bekerja sama dengan berbagai mitra dari berbagai negara di dunia. Salah satunya seperti Australia, Amerika, Swiss, Korea, Malaysia, Singapura, Uni Eropa serta lembaga PBB seperti Unicef, WHO, atau UN OCHA.

Adapun program UBAH dan SAHABAT yang disebutkan di atas merupakan kerja sama MDMC dengan SIAP SIAGA - Kemitraan Indonesia - Australia dalam penanggulangan bencana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement