REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN--Lima hari berjalan penutupan pasar hewan di Kabupaten Semarang, para blantik (penjual hewan ternak) mulai mengeluh. Mereka mengaku sudah terlanjur membeli hewan ternak tetapi tidak dapat menjual setelah seluruh pasar hewan di daerah ini tidak beraktivitas.
“Yang jelas tidak ada perputaran uang dan para blantik justru menanggung biaya perawatan ternak untuk dua pekan,” ungkap Romadhon (39), salah seorang blantik asal Tengaran, Kabupaten Semarang, Kamis (26/5).
Ia mengaku, sebelum pasar hewan ditutup sementara sudah terlanjur membeli delapan ekor sapi siap potong. Biasanya hewan ternak yang sudah dibelinya langsung dijual di Pasar Hewan Ambarawa atau Pasar Pon Ambarawa.
Namun karena Pasar Hewan Ambarawa Sementara tutup dua pekan, ia tidak dapat menjual langsung hewan ternak tersebut atau untuk sementara menunda sampai aktivitas pasar hewan kembali dibuka.
Akibatnya, ia harus mengeluarkan biaya tambahan untuk merawat dan memberi pakan sapi- sapi tersebut. “Ini baru lima hari ngopeni delapan ekor sapai saja sudah terasa, baik biaya untuk pakan maupun perawatan,” jelasnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Amri (41), blantik lainnya. Ia mengaku telah membeli sapi hingga belasan ekor yang sebenarnya sudah siap untuk dijualbelikan di Pasar Hewan Ambarawa.
Namu karena pasar hewan sementara belum dibuka, yang ada ia harus mengeluarkan biaya tambahan yang membengkak untuk pakan dan perawatan 15 ekor sapi yang sudah dibelinya tersebut.
Untuk pakannya saja, jelas Amri, satu ekor sapi saja –kalau dikalkulsi-- paling tidak harus mengeluarkan biaya hingga 35.000 per hari. Sehingga untuk 15 ekor sapi untuk pakannya saja bisa menghabiskan setengah juta (Rp 500.000) lebih.
Jika sampai 14 hari, maka biaya yang harus dikeluarkan bisa mencapai Rp 7 juta lebih. “Itu baru pakannya saja, belum perawatannya juga butuh biaya sendiri walaupun hanya dua pekan,” jelasnya.
Oleh karena itu, ia berharap kalau bisa aktivitas jual beli di pasar hewan segera dibuka kembali. Sehingga perputaran uang dapat berjalan kembali. “Kalau seperti ini, justru pengelaran kami (para blantik) jadi membengkak,” tegas Amri.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang, Wigati Sunu menyampaikan, penutupan seluruh (tujuh) pasar hewan dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PKM) pada hewan ternak.
Penutupan pasar hewan terhitung mulai 22 Mei 2022 hingga 6 Juni 2022 nanti. Ke-tujuh pasar hewan tersebut meliputi Pasar Hewan Ambarawa, Babadan, Sumowono, Bringin, Kembangsari, Suruh dan Pasar Hewan Kaliwungu.
Selama penutupan pasar hewan ini, Dispertanikap Kabupaten Semarang akan mengoptimalkan upaya pencegahan penyebaran PMK pada hewan ternak yang ada di daerahnya. “Petugas kesehatan hewan terus melakukan pemeriksaan terhadap kandang dan hewan ternak dibantu TNI/ Polri,” jelasnya.