Kamis 26 May 2022 21:27 WIB

6 Kata dalam Surat Al Hujurat Ayat 12 Ini Tegaskan Mengapa Ghibah Sangat Dibenci

Larangan berbuat ghibah ditegaskan dalam surat Al Hujurat ayat 12

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Bergunjing, ghibah (ilustrasi). Larangan berbuat ghibah ditegaskan dalam surat Al Hujurat ayat 12
Foto: republika
Bergunjing, ghibah (ilustrasi). Larangan berbuat ghibah ditegaskan dalam surat Al Hujurat ayat 12

REPUBLIKA.CO.ID,  

 

Baca Juga

 

 

JAKARTA – 

Ulama terkemuka yang dikenal sebagai tokoh pembaru Islam dari Turki, Badiuzzaman Said Nursi menjelaskan tentang bahaya ghibah. Dia menyebutkan sebuah ayat mulia yang menjelaskan betapa buruknya ghibah dalam pandangan Alquran.  

Ayat tersebut menjelaskan dengan penuh kemukjizatan betapa ghibah merupakan hal yang dibenci manusia dilihat dari enam aspek. 

Penjelasan ayat Alquran tersebut sudah sangat jelas sehingga tidak membutuhkan penjelasan lagi. Allah SWT berfirman: 

  اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا 

"Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?" (QS Al-Hujurat [49]: 12).

Menurut Nursi, ayat ini mencela dan mengecam dengan sangat keras perilaku menggunjing keburukan orang lain dalam enam tahapan, karena ditujukan kepada mereka yang menggunjing orang lain, maka ayat tersebut bermakna sebagai berikut:   

Dalam bukunya yang berjudul "Risalah Ikhlas dan Ukhuwah" terbitan Risalah Nur, Nursi telah menjelaskan secara rinci. Menurut dia, huruf hamzah (أ) pada awal ayat digunakan untuk membentuk pertanyaan retoris (istifham inkari). 

Makna pertanyaan tersebut menembus ke semua kata dalam ayat di atas bagaikan air sehingga setiap kata menyiratkan pertanyaan yang melahirkan sebuah hukum. 

Kata pertama dalam ayat tersebut ialah hamzah. Ayat tersebut bermaksud menegur pembacanya dengan hamzah (pertanyaan): “Apakah engkau tidak mempunyai akal,yang bisa engkau gunakan untuk berpikir, sehingga engkau bisa mengerti betapa buruknya perilaku gibah ini?” 

Dalam kata kedua, (يُحِبّ) yaitu  “suka”. Ayat tersebut bermaksud menegur dengan pertanyaan: “Apakah hati yang engkau gunakan untuk mencintai atau membenci telah rusak sehingga engkau mencintai perilaku yang paling buruk dan sangat menjijikkan?” 

Kata ketiga, (اَحَدُكُمْ) yakni  “salah seorang di antara kalian”. Ayat tersebut bermaksud menegur dengan pertanyaan: “Apa yang telah terjadi dengan kehidupan sosial dan perabadan kalian, yang mengambil vitalitasnya dari jamaah, sehingga kalian menerima sesuatu yang begitu meracuni kehidupan sosial kalian?” 

Dalam kata keempat (اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ) yakni  “memakan daging”. Ayat tersebut bermaksud menegur dengan pertanyaan: “Apa yang terjadi dengan rasa kemanusiaan kalian sehingga kalian tega memangsa teman akrab kalian sendiri?!” 

Sementara itu, kata kelima, (اَخِيْهِ) yaitu  “saudaranya”. Ayat tersebut bermaksud menegur dengan pertanyaan: “Tidakkah engkau mempunyai belas kasihan terhadap sesama manusia? Apakah engkau tidak memiliki hubungan silaturahim yang mengikatmu dengan sesamamu sehingga engkau tega menerkam saudaramu sendiri—dilihat dari beberapa sisi— secara biadab? Apakah orang yang tega menggigit anggota badan saudaranya sendiri bisa dikatakan memiliki akal? Bukankah orang seperti itu adalah orang gila?". 

Kata keenam, (مَيْتًا) yaitu  “yang sudah mati”. Ayat tersebut bermaksud menegur dengan pertanyaan: “Di manakah hati nuranimu? Apakah fitrahmu telah rusak sehingga engkau melakukan suatu tindakan yang paling buruk dan menjijikkan, yaitu memakan daging saudaramu sendiri yang telah mati, yang selayaknya mendapatkan penghormatan?!”    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement