Jumat 27 May 2022 07:15 WIB

Banjir Rob Landa Semarang-Demak, Walhi: Hentikan Relokasi Mangrove untuk Tol

Banjir rob turut dipicu pembangunan infrastruktur masif yang merelokasi mangrove

Rep: Febryan. A/ Red: Nur Aini
Genangan air rob masih cukup tinggi di akses masuk Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (26/5/2022). Aktivitas Pelabuhan Tanjung Emas masih lumpuh imbas banjir rob. Namun, angkutan peti kemas mulai masuk ke pelabuhan meski masih sedikit. Sementara itu, air rob mulai surut pascaperbaikan tanggul yang jebol.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Genangan air rob masih cukup tinggi di akses masuk Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (26/5/2022). Aktivitas Pelabuhan Tanjung Emas masih lumpuh imbas banjir rob. Namun, angkutan peti kemas mulai masuk ke pelabuhan meski masih sedikit. Sementara itu, air rob mulai surut pascaperbaikan tanggul yang jebol.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Tengah menilai banjir rob yang terjadi di sejumlah wilayah pesisir utara Jawa Tengah turut dipicu oleh pembangunan infrastruktur secara masif. Pemerintah diminta segara menghentikan pembangunan, terutama pembangunan Tol Semarang - Demak yang disertai relokasi mangrove. 

Manajer Advokasi dan Kampanye Walhi Jateng Iqbal Alma menjelaskan, rob terjadi bukan semata karena cuaca ekstrem, tapi juga karena ada eksploitasi lingkungan yang berlangsung dalam jangka waktu lama. Eksploitasi lingkungan itu berupa pembangunan infrastruktur secara masif, yang pada akhirnya menurunkan kualitas lingkungan. 

Baca Juga

"Meski rob terus terjadi setiap tahun, pembangunan industri di wilayah pesisir tetap saja dilakukan," kata Iqbal dalam keterangan resminya, Kamis (26/5/2022). 

Iqbal membeberkan beberapa pembangunan di pesisir utara Jateng, mulai dari pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal, Kawasan Industri Terpadu Batang, Jatengland Industrial Park Sayung hingga Kawasan Industri Wijayakusuma dll. 

"Juga pembangunan sarana infrastruktur yang terus digalakkan seperti pembangunan tol tanggul laut Semarang-Demak dan pemanfaatan ruang laut terhadap pembangunan jalan tol Semarangan Harbour (Semarang – Kendal)," ujarnya. 

Padahal, kata dia, tanah di wilayah pembangunan tersebut masuk kategori tanah sedimen dan tanah lunak. Dengan beban berat bangunan, wilayah itu akhirnya mengalami penurunan muka tanah. 

Karena itu, Iqbal mendesak pemerintah baik pada tingkat kota, provinsi, maupun nasional untuk menghentikan segala bentuk pembangunan yang eksploitatif dan merenggut ruang hidup masyarakat wilayah pesisir Jateng. "WALHI Jateng mendesak pemerintah ... untuk menghentikan rencana relokasi mangrove untuk kawasan industri dan pembangunan tol tanggul laut Semarang - Demak," ujarnya. 

Sebelumnya, banjir rob melanda Kota Semarang dalam beberapa hari terakhir. Sebanyak 8.000 keluarga terdampak. Pada Rabu (25/5), sebanyak 5.000 keluarga di Kecamatan Semarang Utara masih terdampak lantaran banjir masih menggenang setinggi 20 sentimeter. 

Terkait pembangunan Tol Semarang - Demak, pemerintah telah menyatakan rencana merelokasi mangrove karena keberadaannya terdampak pembangunan jalan bebas hambatan tersebut. "Terdapat 3 lokasi kawasan mangrove yang akan direlokasi dengan total luas kurang lebih 46 hektare," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam siaran pers BPJT, dikutip Kamis (19/5/2022). 

Basuki menjelaskan, lahan mangrove seluas 46 hektare itu persisnya berada di sekitar pembangunan Seksi 1 Tol Semarang - Demak ruas Semarang - Sayung. Adapun program relokasinya akan dilakukan Kementerian PUPR bersama pemerintah daerah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement