Jumat 27 May 2022 10:30 WIB

Muhammad Ali-nya Sepak Bola Era Kini pada Diri Mesut Oezil

Oezil mempertaruhkan reputasi dan kariernya dengan bersuara lantang tentang Islam.

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Endro Yuwanto
Mantan pesepa kbola timnas Jerman Mesut Oezil saat memberikan coaching clinic di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Kamis (26/5/2022).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Mantan pesepa kbola timnas Jerman Mesut Oezil saat memberikan coaching clinic di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Kamis (26/5/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Mesut Oezil kembali menjadi buah bibir pecinta sepak bola menyusul kedatangannya ke Indonesia pada Selasa (24/5/2022). Mantan pemain timnas Jerman itu akan menghabiskan waktu selama beberapa hari ke depan untuk berkeliling ke sejumlah destinasi dalam rangka mempromosikan wisata Indonesia.

Salah satu tempat yang akan dituju oleh Oezil adalah masjid terbesar se-Asia Tenggara, Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Ia berencana untuk melaksanakan ibadah Shalat Jumat di sana. Ya, Oezil merupakan salah satu pesepak bola ternama yang menganut ajaran agama Islam dan tak jarang menggunakan pengaruhnya untuk menyuarakan kepentingan umat Muslim.

Baca Juga

Pemain kelahiran Gelsenkirchen, Jerman, 15 Oktober 1988, itu kerap menggunakan popularitasnya untuk bersuara tentang isu kemanusiaan di luar lapangan hijau. Hal ini juga yang kemudian mendatangkan masalah dalam kariernya sebagai pesepak bola. Namun dengan keberaniannya untuk mempertaruhkan karier dan reputasinya tersebut, Inside Arabia menyebutnya sebagai "Muhammad Ali zaman sekarang". Muhammad Ali adalah petinju Muslim legendaris asal Amerika Serikat pada era 1960-1970-an yang kerap menyuarakan tentang Islam.

Masalah terbesar yang menimpa Oezil berawal ketika ia mengunggah cuitan di Twitter pada 13 Desember 2019, yang isinya mengutuk Cina karena penganiayaannya terhadap Muslim Uyghur dan juga mengutuk pemerintah negara-negara mayoritas Muslim yang diam atas persoalan di Cina tersebut.

"Alquran dibakar, masjid ditutup, madrasah dilarang, ulama dibunuh satu per satu. Laki-laki dipaksa masuk ke kamp, pria Cina menetap di keluarga mereka, perempuan dipaksa menikah dengan pria Cina," tulis Oezil kala itu. "Dari semua ini, umat Nabi Muhammad diam. Tidak keberatan atau mengatakan apa-apa."

Disebutkan bahwa Oezil sudah diperingatkan oleh penasihat dan rekan-rekannya untuk tidak bertindak demikian karena akan ada konsekuensi yang harus ditanggung. Tetapi Oezil merasa terdorong oleh keyakinan agamanya untuk bertindak. Ia mengabaikan peringatan sehingga konsekuensi yang harus ditanggung itu datang dengan cepat.

Arsenal, klub yang saat itu dibela Oezil, langsung lepas tangan atas apa yang telah dilakukan Oezil dengan mengatakan bahwa konten yang dipublikasikan adalah pendapat pribadi Oezil. Tidak hanya itu, klub Liga Primer Inggris itu pun menyudutkan Oezil dengan mengatakan sebagai klub sepak bola, the Gunners mempunyai prinsip untuk tidak melibatkan diri dalam politik.

Namun pada kenyataannya, Arsenal jelas-jelas termasuk dalam salah satu klub yang secara terbuka menyatakan dukungan untuk berbagai tujuan politik, termasuk kampanye Black Lives Matter dan dukungan terhadap Ukraina yang diinvasi Rusia. Menanggapi pernyataan Oezil, Pemerintah Cina menghilangkan nama Oezil dari video game, media sosial, dan mesin pencari internet, sambil mengancam akan melarang siaran pertandingan Arsenal di masa depan.

Sepuluh bulan setelah kejadian itu, nama Oezil pun hilang dari daftar pemain Arsenal, yang juga merupakan akhir dari perjalanan kariernya di kompetisi sepak bola top dunia untuk pindah ke klub Turki Fenerbahce di liga peringkat ke-13 di Eropa. Selain tersingkir dari Arsenal, Oezil juga kehilangan kesepakatan kerja dengan Adidas yang mengakhiri kesepakatan sponsor tujuh tahun senilai 22 juta poundsterling.

Namun Oezil tidak berhenti melakukan apa yang menurutnya benar. Ia tetap menggunakan pengikut media sosialnya yang besar untuk meningkatkan kesadaran tentang kebrutalan yang dialami oleh orang-orang Palestina di bawah pendudukan zionis Israel, orang-orang Suriah di bawah pemboman Rusia, dan orang-orang Yaman yang terperangkap di tengah-tengah perang proksi.

Terbaru, Oezil membuat cuitan pada 27 April 2022, berdoa di malam lailatul qadar untuk keselamatan dan kesejahteraan saudara dan saudari Muslim di India. Ia menyebut tindakan keras Pemerintah India terhadap agama minoritas sangat memalukan. "Apa yang terjadi dengan hak asasi manusia di negara yang disebut sebagai demokrasi terbesar di dunia?"

Oezil menunjukkan bahwa ia tidak gentar terhadap apapun, baik pemerintah maupun gurita bisnis yang menghidupinya. Ia hanya menggunakan Islam sebagai kompas hidup dan menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Meskipun jauh dari analogi yang sempurna, Oezil adalah Muhammad Ali di zaman ini, dan seperti sang legenda tinju sepanjang masa, ia telah mempertaruhkan reputasi dan mata pencahariannya dengan bersuara lantang tentang Islam dan kemanusiaan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement