REPUBLIKA.CO.ID, OLEH HASAN BASRI TANJUNG
Sejatinya Allah SWT menurunkan agama Islam kepada manusia melalui ayat-ayat-Nya, baik yang tersurat maupun tersirat. Adapun ayat- ayat yang tersurat (qauliyah) adalah kitab suci Alquran yang terdiri atas 30 juz, 114 surat, dan 6.636 ayat. Sementara, ayat- ayat yang tersirat (kauniyah) berupa hamparan alam semesta yang tak terkira.
Orang beriman dituntut untuk membaca, memahami, dan mengkaji Alquran (tadabur Alquran) dan alam jagat raya dengan segala isinya (tadabur `alam).Ujung dari perenungan tersebut adalah pengakuan yang tulus, Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka (QS Ali Imran [3]:190-191).
Prof Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar mengurai dengan kalimat yang indah. Renungkanlah alam, langit, dan bumi. Langit yang melindungimu dan bumi yang terhampar tempat kamu hidup.Pergunakanlah pikiranmu. Dan tiliklah pergantian siang dan malam.
Semuanya itu penuh dengan ayat-ayat, tanda-tanda kebesaran Tuhanmu. Orang melihatnya dan mempergunakan pikiran meninjaunya, masing-masing menurut bekal pikirannya. Entah dia seorang ahli ilmu alam, ahli ilmu binatang, ahli ilmu tumbuh-tumbuhan, ahli pertambangan, ataupun dia seorang filsuf, penyair, dan seniman. Semuanya akan dipesona oleh susunan tabir alam yang luar biasa itu.Terasa kecil diri di hadapan kebesaran alam, terasa kecil alam di hadapan penciptanya.
Salah satu ayat kauniyah itu adalah pohon durian yang harum dan enak rasanya. Setidaknya ada lima karakter manusia yang terkandung di dalamnya, yakni:
Pertama, durian tak berbuah. Pohon durian berbuah musiman. Namun, ada yang tak berbuah pada musimnya. Itulah umpama orang yang lalai. Semisal, pada bulan Ramadhan yang penuh keutamaan pun tidak beramal kebajikan. Mereka kufur atas karunia Allah SWT dan meng abai kan kesempatan (QS at-Taubah [9]: 54).
Kedua, durian mentah. Buah yang mentah tidak akan jatuh walau ditiup angin kencang. Itulah umpama orang bakhil. Mereka tidak mau berbagi.Bahkan, tidak bisa menikmatinya sebab takut jatuh miskin (QS al-Baqarah [2]:168). Orang bakhil jauh dari Allah, surga dan manusia, tapi dekat ke neraka (HR Tirmidzi).
Ketiga, durian busuk. Buah yang jatuh sebelum waktunya pertanda busuk. Ia bisa menimpa siapa saja dan tidak layak dihidangkan. Itulah umpama orang yang buruk sangka. Mereka menolak atau berkata buruk ketika diajak berbuat baik. Sekiranya pun bersedekah, disertai ucap an buruk yang menyakitkan (QS al-Baqarah [2]: 263).
Keempat, durian matang. Buah yang sudah matang akan jatuh walau hanya ditiup angin sepoi. Itulah umpama orang yang dermawan. Ia senang menyahut gerakan kebaikan dalam keadaan apa pun (QS al-Baqarah [2]: 274). Orang dermawan dekat dengan Allah, surga, dan manusia serta jauh dari neraka (HR Tirmidzi).
Kelima, durian runtuh. Dahan yang tak mampu menahan beratnya buah akan runtuh secara tiba-tiba. Itulah umpama orang yang boros karena meraih sesuatu yang diinginkan. Perilaku boros itu tercela sebab akan menimbulkan penyesalan (QS al-Isra`[17]: 29). Allahu a'lam bishawab.