REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Para pejabat dari Amerika Serikat (AS), Korea Selatan (Korsel) dan Jepang akan bertemu di Seoul untuk membicarakan masalah Korea Utara (Korut) pada 3 Juni mendatang. Pembicaraan tersebut akan mendatangkan perwakilan khusus AS untuk Korut Sung Kim dan timpalan mereka dari Korsel dan Jepang.
Sementara itu menurut seorang pejabat Gedung Putih, AS dan Korsel tengah bekerja untuk menemukan solusi yang tepat untuk masalah Korut. Asisten khusus Presiden Biden dan direktur senior untuk Asia Timur dan Oseania di Dewan Keamanan Nasional, Edgard Kagan mengatakan, kedua negara tidak memiliki solusi ajaib untuk tantangan yang ditimbulkan Korut.
"Kami tidak memiliki ilusi bahwa ada semacam solusi ajaib untuk semua ini," kata Kagan dalam sebuah seminar yang diselenggarakan oleh Wilson Center, sebuah think tank yang berbasis di Washington, dikutip laman Yonhap, Jumat (27/5/2022).
"Ini adalah masalah yang sudah berlangsung lama, tetapi saya pikir kami tetap berkomitmen dan saya pikir saya melihat banyak kesamaan visi antara Presiden Yoon dan Presiden Biden tentang perlunya memastikan bahwa kami dapat melakukan apa yang perlu kami lakukan dan pada saat yang sama memastikan bahwa kami mengirim sinyal yang jelas bahwa kami mencari diplomasi yang serius dan berkelanjutan," ujarnya menjelaskan.
Pernyataan Kagan merujuk pada perjalanan Biden ke Seoul untuk pertemuan puncak bilateral dengan Presiden Korsel Yoon Suk-yeol pekan lalu. Biden melakukan kunjungan tiga hari ke Korsel yang menjadikannya pemimpin asing pertama yang mengadakan pertemuan puncak dengan Yoon kurang dari dua pekan sejak pemimpin baru Korsel itu menjabat.
Perjalanan pertama Biden ke Korsel dan kemudian Jepang dinodai oleh serangkaian uji coba rudal oleh Korut. Pyongyang kembali menembakkan tiga rudal balistik, termasuk sebuah rudal balistik antarbenua seusai beberapa jam kepergian presiden AS dari Tokyo.
"Saya pikir ada kesadaran akan fakta bahwa kami memiliki alat tertentu dan kami mencoba mengubah campuran alat," kata Kagan ketika ditanya apa yang direncanakan AS dan Korsel untuk mengubah perilaku Korut.
"Saya pikir Anda melihat dengan sangat jelas keinginan untuk memperkuat kerja sama keamanan, penekanan pada pencegahan yang diperluas, yang menurut saya mencerminkan diskusi nyata yang terjadi di ROK," imbuhnya yang merujuk pada Korea Selatan dengan nama resminya, Republik Korea.
Biden menegaskan kembali bahwa Amerika berkomitmen untuk memberikan penangkalan yang kuat kepada Korsel. Kagan mencatat bahwa pencegahan yang diperpanjang itu sendiri mungkin tidak mengubah arah provokasi Korut yang sedang berlangsung.
Korut telah melakukan 17 putaran uji coba rudal sepanjang tahun ini. Sekarang secara luas diharapkan untuk melakukan uji coba nuklir dalam waktu dekat, yang akan menandai uji coba nuklir ketujuh, dan juga yang pertama sejak September 2017.