Jumat 27 May 2022 17:55 WIB

OJK: Pasar Modal Himpun Rp 100 Triliun dari Penawaran Umum

Dari total 79 perusahaan lakukan penawaran umum, 23 diantaranya emiten baru

Rep: Novita Intan / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Direktur Utama PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk Andre Sulistyo saat menyampaikan paparannya dalam acara Public Expose Penawaran Umum Perdana Saham PT GoTo Gogek Tokopedia Tbk baru baru ini. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah penawaran umum di pasar modal yang dilakukan emiten sebesar 79 dengan total nilai penghimpunan dana sebesar Rp 100,1 triliun. Dari jumlah penawaran umum per 24 Mei tersebut, 23 di antaranya dilakukan oleh emiten baru.
Foto: Republika/Retno Wulandhari
Direktur Utama PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk Andre Sulistyo saat menyampaikan paparannya dalam acara Public Expose Penawaran Umum Perdana Saham PT GoTo Gogek Tokopedia Tbk baru baru ini. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah penawaran umum di pasar modal yang dilakukan emiten sebesar 79 dengan total nilai penghimpunan dana sebesar Rp 100,1 triliun. Dari jumlah penawaran umum per 24 Mei tersebut, 23 di antaranya dilakukan oleh emiten baru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah penawaran umum di pasar modal yang dilakukan emiten sebesar 79 dengan total nilai penghimpunan dana sebesar Rp 100,1 triliun. Dari jumlah penawaran umum per 24 Mei tersebut, 23 di antaranya dilakukan oleh emiten baru. 

Deputi Komisioner Humas dan Logistik OJK Anto Prabowo mengatakan dalam pipeline saat ini terdapat 105 emiten yang akan melakukan penawaran umum dengan total indikasi penawaran sebesar Rp 68,67 triliun.

“Peningkatan kinerja intermediasi tersebut terjadi di tengah perekonomian global yang masih menghadapi tekanan inflasi yang persisten tinggi dan telah mendorong pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif oleh mayoritas bank sentral dunia,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (27/5/2022).

Apalagi, konflik Rusia-Ukraina serta terganggunya global supply chain akibat lockdown di Tiongkok terus mendorong kenaikan harga komoditas terutama energi dan pangan. Adapun kenaikan inflasi yang diikuti oleh pengetatan kebijakan moneter global telah meningkatkan potensi terjadinya hard landing, sehingga meningkatkan volatilitas di pasar keuangan global dan terjadinya outflow dari pasar keuangan emerging markets.

Indikator ekonomi high frequency juga terpantau masih positif, mengindikasikan berlanjutnya pemulihan ekonomi. Selain itu, pemerintah juga telah menaikkan anggaran subsidi energi menjadi Rp 443,6 triliun, terbesar sepanjang sejarah.

“Namun demikian, perlu dicermati tren kenaikan inflasi domestik dan dampak pelarangan ekspor CPO terhadap kinerja neraca perdagangan di bulan Mei 2022,” ucapnya.

Di tengah perkembangan tersebut, pasar keuangan domestik secara umum bergerak volatile sejalan dengan pelemahan pasar keuangan global seiring aksi risk off investor. Per 20 Mei 2022, indeks harga saham gabungan (IHSG) tercatat melemah sebesar 4,3 persen hingga awal bulan (month to date/ mtd) ke level 6.918, sejalan dengan aliran dana non residen yang tercatat outflow sebesar Rp 9,23 triliun mtd.

Di pasar SBN secara mtd juga terpantau melemah dengan rerata yield SBN naik 42,5 bps di seluruh tenor sejalan dengan outflow SBN investor non residen sebesar Rp 37,81 triliun mtd. Sepanjang Mei 2022, total net outflow non residen di IHSG dan pasar SBN sebesar Rp 47,04 triliun. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement