Sabtu 28 May 2022 02:33 WIB

Presiden Ukraina Desak Barat Beri Sanksi Lebih Tegas ke Rusia

Kritik Zelenskyy terhadap Barat meningkat dalam beberapa hari terakhir.

 Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Volodymyr Zelenskyy mendesak Barat untuk setop bermain-main dengan Rusia. Barat dimintanya menjatuhkan sanksi lebih keras kepada Moskow untuk mengakhiri "perang tidak masuk akal" di Ukraina.

"Ukraina akan selalu menjadi negara merdeka dan tidak akan hancur. Satu-satunya pertanyaan adalah berapa harga yang harus dibayar rakyat kami untuk kebebasan mereka, dan berapa harga yang akan dibayar Rusia untuk perang tidak masuk akal melawan kami ini," kata Zelenskyy dalam sebuah pidato yang disampaikan Kamis malam (26/5/2022).

Baca Juga

Kritik Zelenskyy terhadap Barat meningkat dalam beberapa hari terakhir ketika Uni Eropa (UE) lamban memutuskan kemungkinan embargo minyak Rusia dan ketika ribuan pasukan Rusia mencoba mengepung dua kota utama di timur, Sievierodonetsk dan Lysychansk. Tiga bulan setelah menginvasi Ukraina, Rusia sudah menghentikan serangannya di ibu kota Kiev.

Rusia berusaha merebut kendali atas wilayah industri Donbas di bagian timur, yang diketahui telah mendukung pemberontakan separatis sejak 2014. "Peristiwa bencana yang sedang berlangsung masih bisa dihentikan jika dunia memperlakukan situasi di Ukraina seolah-olah menghadapi situasi yang sama, jika kekuatan yang ada tidak bermain-main dengan Rusia tetapi benar-benar mendesak untuk mengakhiri perang," kata Zelenskyy.

Ia mengeluhkan ketidaksepakatan di kalangan anggota UE tentang sanksi lebih lanjut terhadap Rusia dan bertanya mengapa beberapa negara dibiarkan menghalangi rencana tersebut. UE sedang membahas putaran keenam tindakan hukuman, termasuk embargo impor minyak Rusia. Langkah itu membutuhkan suara bulat dari seluruh anggota tetapi Hongaria menentang gagasan itu untuk saat ini dengan alasan ekonominya akan terlalu menderita.

Zelenskyy mengatakan Rusia menerima 1 miliar euro (sekitar Rp 15,65 triliun) per hari dari blok beranggota 27 negara itu untuk pasokan energi. Dia bertanya butuh berapa minggu bagi UE untuk menyepakati sanksi keenamnya terhadap Rusia.

"Tekanan pada Rusia secara harfiah adalah upaya menyelamatkan nyawa. Setiap penundaan, kelemahan, berbagai perselisihan atau usulan untuk 'menenangkan' agresor dengan mengorbankan korban hanya membuat lebih banyak orang Ukraina terbunuh," ujar dia.

Negara-negara Barat yang dipimpin Amerika Serikat telah memberi Ukraina persenjataan jarak jauh, termasuk howitzer M777 dari Washington dan rudal antikapal Harpoon dari Denmark. Washington bahkan mempertimbangkan untuk melengkapi Ukraina dengan sistem roket yang mampu menjangkau ratusan kilometer, dan telah berdiskusi dengan Kiev tentang bahaya eskalasi jika menyerang jauh ke Rusia, kata AS dan para pejabat diplomatik kepada Reuters.

Rusia menyebut invasinya di Ukraina sebagai "operasi khusus" untuk melumpuhkan militer Ukraina dan melindunginya dari kaum fasis. Ukraina dan Barat mengatakan tuduhan fasis tidak berdasar dan bahwa perang adalah tindakan agresi yang tidak beralasan.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Moskow berharap Ukraina menerima tuntutannya dalam setiap pembicaraan damai di masa depan. Ia ingin Kiev mengakui kedaulatan Rusia atas semenanjung Krimea yang dicaplok oleh Moskow pada 2014, dan kemerdekaan wilayah yang diklaim oleh kelompok separatis.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement