REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat memasuki penghujung usia 40-an tahun atau awal 50-an tahun, sebagian pria mungkin mengalami beberapa perubahan dalam perilaku, suasana hati, hingga metabolisme. Kondisi ini kerap dijuluki sebagai "menopause pria".
Kondisi menopause pria dapat memunculkan gejala seperti depresi, kehilangan dorongan seksual, disfungsi ereksi, perubahan suasana hati yang cepat, hingga kecenderungan mudah marah. Gejala lain yang bisa terjadi adalah perut membesar, payudara bertumbuh (man boobs), penurunan energi, insomnia, konsentrasi buruk, dan maslaah daya ingat jangka pendek di usia paruh baya.
Menurut National Health Service (NHS), istilah menopause pria sebenarnya tidak begitu tepat. Alasannya, istilah tersebut mengesankan bahwa gejala-gejala yang muncul disebabkan oleh penurunan kadar testosteron. Padahal, penurunan kadar testosteron tak selalu jadi penyebabnya.
Kadar testosteron memang dapat menurun secara berkala. Penurunan ini bisa terjadi sebanyak kurang dari dua persen per tahun sejak pria memasuki usia 30 tahun. Akan tetapi, NHS menilai penurunan ini kemungkinan bukan penyebab menopause pria.
Gejala-gejala menopause pria ini kemungkinan besar disebabkan oleh faktor gaya hidup, mulai dari stres, depresi, hingga kecemasan. Masalah psikologis yang muncul ini bisa dipicu oleh pekerjaan atau masalah pribadi, seperti masalah keuangan, perceraian, dan khawatir akan sesuatu.
"Kecemasan terhadap apa yang telah mereka capai sejauh ini, baik pekerjaan atau kehidupan pribadi mereka, bisa berujung pada periode depresi," jelas NHS, seperti dilansir Express, Jumat (27/5/2022).
Beberapa faktor gaya hidup lain yang dapat menyebabkan menopause pria adalah kurang tidur, pola makan tak sehat, serya kurang bergerak aktif. Konsumsi alkohol hingga merokok juga bisa berperan dalam terjadinya menopause pria.