REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia tengah berkontestasi mencari kendaraan yang lebih ramah lingkungan. Bukan hanya mobil listrik, di masa depan akan muncul banyak kendaraan yang lebih ramah bagi Bumi. Seperti apa bentuk kendaraan di masa depan?
Di tengah kepopuleran kendaraan listrik Tesla, pamor mobil bertenaga baterai mulai mendominasi pasar yang telah lama dikuasai oleh mobil dengan mesin pembakaran. Di Norwegia misalnya, 84 persen dari penjualan mobil baru di Januari lalu adalah kendaraan listrik.
Dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar bensin dengan emisi karbon tinggi, mobil listrik yang bebas emisi karbon, saat dikendarai menghasilkan lebih sedikit kebisingan dan berakselerasi lebih cepat.
Mobil listrik jauh lebih murah?
Hingga saat ini, harga mobil listrik hampir dua kali lipat dari mobil konvensional. Namun, diprediksi pada 2026 harga mobil listrik akan bersaing dengan mobil berbahan bakar fosil. Studi Bloomberg New Energy Finance (BNEF) memaparkan harga mobil listrik akan menjadi lebih murah 10-30 persen dibanding harga jualnya pada akhir dekade ini.
Di sisi lain, mobil listrik memanfaatkan sekitar 95 persen energi yang digunakan saat mengemudi. Hal ini berbeda dengan mobil konvensional, yang justru kehilangan dua pertiga energinya sebagai limbah panas.
Di tengah harga bahan bakar minyak yang terus meroket dalam beberapa waktu terakhir, mobil listrik semakin menawarkan kemurahan dari segi operasional. Kemurahan dari sisi operasional mobil listrik dapat ditinjau dari perbandingan harga bahan bakar minyak dan tarif listrik.
Lantaran keunggulan biaya yang signifikan, para ahli memperkirakan mobil listrik bertenaga baterai akan segera mendominasi pasar global. Studi BNEF mengasumsikan bahwa 70 persen dari semua mobil penumpang yang baru dijual di Uni Eropa (UE) dapat menggunakan baterai pada awal 2030.
Namun, di tengah perubahan budaya masyarakat menggunakan mobil listrik, apakah teknologi kendaraan listrik juga dapat diadopsi pada truk komersial berat, kereta api, pesawat, hingga kapal?