Sabtu 28 May 2022 22:56 WIB

NFA Dorong Penguatan Harga Gula di Petani Demi Stabilitas

NFA juga ingatkan pedagang tidak membeli gula ke petani dengan harga terlalu rendah

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petani memanen tebu untuk diolah menjadi gula di kebunnya, di Nagari Lawang, Kab. Agam, Sumatera Barat. Badan Pangan Nasional / NFA (National Food Agency) berupaya menjaga ketersediaan dan stabilitas harga pangan, salah satunya komoditas gula.
Foto: Iggoy el Fitra/ANTARA FOTO
Petani memanen tebu untuk diolah menjadi gula di kebunnya, di Nagari Lawang, Kab. Agam, Sumatera Barat. Badan Pangan Nasional / NFA (National Food Agency) berupaya menjaga ketersediaan dan stabilitas harga pangan, salah satunya komoditas gula.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional / NFA (National Food Agency) berupaya menjaga ketersediaan dan stabilitas harga pangan, salah satunya komoditas gula.

Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi menegaskan seluruh Pabrik Gula dapat membeli gula kristal putih produksi petani tebu rakyat sesuai harga ditingkat petani yang berlaku saat ini yakni  Rp 11.500 per kilogram, meningkat Rp.1000 dari tahun lalu.

“Rp 11.500 itu harga minimal, kalau nanti lelangnya Rp 12.000, ya harus dibeli Rp 12.000. Kenapa demikian, karena produksi itu pasti ikut kalau kesejahteraan petani baik,”kata Arief pada saat meninjau Pabrik Gula Krebet Baru yang dikelola PT PG Rajawali1 member of ID FOOD, Sabtu (28/5/2022).

“Dan ditingkat hilirnya, kita juga jaga harga ditingkat konsumen, yakni di harga Rp 13.500.”katanya lagi.

Menurutnya, Pabrik - Pabrik Gula yang dikelola BUMN seperti ID FOOD, PTPN maupun private sector dapat menjaga keseimbangan selain harga ditingkat hulu di petani juga harga di hilir tingkat konsumen.

“Pabrik Gula Krebet ini bisa dijadikan contoh untuk PG di indonesia, karena kemitraan dengan petaninya sudah terjalin lebih dari 50 tahun. Keistimewaan PG ini terbesar, masih dimiliki BUMN 100 persen yang dikelola Holding Pangan ID FOOD dan bekerja sama dengan petani di sekitar pabrik sampai ke beberapa kabupaten lain di Jatim.”ungkap Arief.

“Hulu hilir harus seimbang. Jadi jangan di hulunya saja dijaga agar inflasinya bagus, tapi hilirnya tidak diperhatikan. Di hulu, harga telur misalnya, harga beras dan padi, ayam, terutama produk - produk yang bisa diproduksi dalam negeri dan tidak impor. Hal ini sebagaimana yang diamanahkan Presiden Joko Widodo untuk mengoptimalkan produk pangan lokal.”katanya.

“Saya mengimbau pedagang yang terlibat dalam komoditas terutama gula, jangan maunya beli murah terus, kalau pemerintah menyampaikan harganya 11,500 Harga lelang di bawah itu ya dibatalkan, supaya tingkat kesejahteraan petani juga meningkat, kemudian tebunya di pabrik gula itu sustain, masuk terus.”harapnya.

Sementara itu, Direktur Utama Holding Pangan ID FOOD, Frans Marganda Tambunan menambahkan saat ini Pabrik gula yang dikelola ID FOOD Group mulai musim giling 2022.

“Target produksi gula dari musim giling tahun ini sebesar 283.691 ton.”ungkapnya. Lebih lanjut Frans memerinci target tersebut dari jumlah tebu tergiling sebanyak 3.6 juta ton tebu dengan produktivitas sebesar 76 ton/ha dan target rendemen sebesar 7,74%.”jelasnya.

Frans melanjutkan Holding Pangan ID FOOD melalui Pabrik - Pabrik Gula yang dikelolanya mendukung program Pemerintah dalam kemandirian pangan gula nasional.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement