Ahad 29 May 2022 11:27 WIB

Bulog Sultra: Stok Beras Aman Untuk Enam Bulan ke Depan

Karena rata-rata kebutuhan beras masyarakat berkisar 1.000-2.000 ton.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Pekerja memanggul karung berisi beras di gudang Perum Bulog (ilustrasi). Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Kantor Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara menyampaikan saat ini stok beras di gudang Bulog tercatat 12 ribu ton.
Foto: Antara/Muhammad Arif Pribadi
Pekerja memanggul karung berisi beras di gudang Perum Bulog (ilustrasi). Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Kantor Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara menyampaikan saat ini stok beras di gudang Bulog tercatat 12 ribu ton.

REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Kantor Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara menyampaikan saat ini stok beras di gudang Bulog tercatat 12 ribu ton. Stok itu diprediksi aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat hingga enam bulan ke depan.

"Kalau stok beras yang kami kuasai hingga saat ini sebanyak 12 ribu ton. Kami sudah menyerap dari musim panen awal tahun sampai sekarang sudah menguasai 12 ribu ton," kataKepala Bulog Kanwil Sultra Mardati di Kendari, Sabtu (28/5/2022).

Baca Juga

Jadi, menurut dia, stok tersebut aman karena rata-rata kebutuhan beras masyarakat berkisar 1.000-2.000 ton, sehingga beras ini aman sampai enam bulan ke depan. Aman termasuk menjelang hari raya Idul Adha 2022.

Bulog Kanwil Sultra menargetkan membeli beras petani sebanyak 25.000 ton pada 2022. Bulog melalui mitradi sentra-sentra produksi, membeli beras petani berdasarkan keputusan pemerintah seharga Rp 8.300 per kilogram atau sama dengan tahun 2021.

Adapun standar kualitas beras pembelian Bulog, yakni kadar air paling tinggi 14 persen, derajat sosoh paling sedikit 95 persen dan butir patah paling tinggi 20 persen.

"Sekarang kita masih melakukan penyerapan beras petani, kita masih ada panen, jadi kita menyerap beras petani," kata Mardati.

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَخَلَفَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَّرِثُوا الْكِتٰبَ يَأْخُذُوْنَ عَرَضَ هٰذَا الْاَدْنٰى وَيَقُوْلُوْنَ سَيُغْفَرُ لَنَاۚ وَاِنْ يَّأْتِهِمْ عَرَضٌ مِّثْلُهٗ يَأْخُذُوْهُۗ اَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ مِّيْثَاقُ الْكِتٰبِ اَنْ لَّا يَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ اِلَّا الْحَقَّ وَدَرَسُوْا مَا فِيْهِۗ وَالدَّارُ الْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
Maka setelah mereka, datanglah generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini. Lalu mereka berkata, “Kami akan diberi ampun.” Dan kelak jika harta benda dunia datang kepada mereka sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga). Bukankah mereka sudah terikat perjanjian dalam Kitab (Taurat) bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah, kecuali yang benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya? Negeri akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa. Maka tidakkah kamu mengerti?

(QS. Al-A'raf ayat 169)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement