REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggemar sepak bola, politisi dan otoritas Inggris mengecam reaksi pihak keamanan Paris dalam final Liga Champions antara Liverpool melawan Real Madrid di Stade de France, Paris. Sejumlah orang ditembak dengan gas air mata dan terjadi bentrokan dengan kekerasan.
The Reds kalah dari Real Madrid 0-1 dalam pertandingan yang digelar pada Ahad (29/5/2022) dini hari WIB. Namun, adegan kacau di luar lapangan membuat para pendukung Liverpool dengan tiket di tangan dibuat menunggu dalam antrean panjang berjam-jam, sebelum polisi Prancis menggunakan gas air mata yang membuat suasana menjadi kacau.
Beberapa dilarang masuk stadion untuk sebagian besar babak pertama dan penggemar berbicara tentang petugas yang menodongkan senjata ke arah mereka setelah pertandingan. Orang-orang mengungkapkan bagaimana mereka melihat penggemar tua dan anak-anak terjebak dalam situasi tak kondusif, yang oleh pendukung Liverpool disebut sebagai kacau dan sangat berbahaya. Sebab dilaporkan orang-orang yang tak memiliki tiket justru memaksa masuk tapi tak ditangani dengan baik.
Dikutip dari Standard, bek Liverpool Andy Robertson mengatakan jalur masuk pendukung Liverpool tidak terorganisasi dengan baik dan banyak keluarga serta teman-teman para pemain terjebak dalam peristiwa itu. Sementara menteri kabinet mengatakan tampaknya petugas keamanan Prancis menggunakan pendekatan agresif. Pada saat yang sama, kepolisian Inggris membela sikap para penggemar Liverpool.
Salah satu pendukung, Greg Scott, mengatakan yang dialaminya sebagai pengalaman mengejutkan. "Saya telah melakukan perjalanan ke banyak stadion di seluruh Eropa, laga-laga tandang, hal semacam itu. Namun saya belum pernah melihat yang seperti ini, sama sekali tidak ada kontrol dari polisi," katanya kepada AP.
Ia mengatakan, orang-orang bisa terluka parah. Sebab, mereka berkumpul bersama selama berjam-jam dalam antrean panas. Kemudian mereka tidak tahu ke mana harus pergi selanjutnya.
"Polisi Prancis menggunakan gas air mata pada kerumunan yang tenang seperti tidak ada apa-apa, mereka yang memiliki tiket disimpan di luar, saya tidak melihat sebagian besar babak pertama," ungkapnya.
Pendukung lain mengaku ketakutan terhadap polisi Prancis. Adalah Robbie pria berusia 24 tahun yang mengaku terkena semprotan merica, dan itu menjadi kali pertama terjadi padanya. "Itu tidak diprovokasi, orang-orang hanya berdiri di sana melambai ke polisi untuk membiarkan kami masuk karena kami punya tiket," kata Robbie.
"Polisi hanya menyemprot kami tanpa alasan, bahkan anak-anak dan orang tua, itu buruk," jelasnya.
Serikat pendukung Liverpool FC Spirit of Shankly mengatakan di Twitter bahwa malam itu benar-benar kacau dan sangat berbahaya. Mereka mengaku telah mengumpulkan bukti dari para penggemar. "Polisi Liverpool dikerahkan untuk pertandingan malam ini," tulisnya.
"Hanya bisa menggambarkannya sebagai pertandingan Eropa terburuk yang pernah saya alami. Saya pikir perilaku para penggemar di pintu putar adalah teladan dalam keadaan yang mengejutkan. Anda tidak terlambat 100 persen," tambahnya.
Masalah dimulai beberapa jam sebelum pertandingan, ketika puluhan ribu penggemar Liverpool digiring di bawah jembatan dekat stadion, di mana mereka menunggu berjam-jam dalam antrean panjang.