Senin 30 May 2022 06:33 WIB

Media Amerika dan Barat Disebut Gambarkan Muslim Secara Negatif

Media AS dan Barat menulis negatif tentang Muslim setidaknya selama 26 tahun terakhir

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Muslim di Amerika Serikat (Ilustrasi)
Foto: Wall Street Journal
Muslim di Amerika Serikat (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ilmuwan politik yang telah menganalisis ratusan ribu artikel menemukan bahwa media Amerika Serikat (AS) dan Barat menggambarkan Muslim secara negatif. Dalam laporan yang diterbitkan oleh Associated Press ilmuwan politik Erich Bleich dari University of Middlebury dan profesor A. Maurits van der Veen, dari William & Mary College menyatakan temuan mereka bahwa media dan organisasi Barat, terutama AS, telah menulis negatif tentang Muslim setidaknya selama 26 tahun terakhir.

Kedua ilmuwan politik tersebut mengunduh 256.963 artikel yang menyebut kata Muslim atau Islam. Mereka mengunduh melalui basis data media populer seperti LexisNexis, Nexis Uni, ProQuest, dan Factiva. Kedua profesor tersebut mampu mengembangkan metode yang dapat diandalkan untuk mengukur apakah artikel itu positif atau negatif. Caranya adalah membandingkannya dengan sampel acak 48.283 artikel lain tentang topik umum yang berbeda.

Baca Juga

Kedua profesor tersebut menemukan hampir 257 ribu artikel, yang bersumber dari 17 surat kabar nasional, regional, dan tabloid di AS dari 1 Januari 1996 hingga 31 Desember 2016. Dari sekitar 257 artikel, penggambaran Muslim atau Islam di AS lebih negatif, atau 84 persen artikel dari sampel acak artikel lainnya. Itu berarti pada dasarnya, untuk setiap satu artikel yang menggambarkan Muslim atau Islam secara negatif di surat kabar Amerika, seseorang harus membaca enam artikel dengan topik lain untuk menemukan satu artikel yang sama negatifnya.

Kajian ini juga mengumpulkan artikel surat kabar AS mengenai kelompok agama minoritas lainnya, yaitu Katolik, Yahudi, dan Hindu. Para profesor menegaskan bahwa artikel tentang Muslim secara signifikan lebih mungkin negatif daripada artikel tentang tiga kelompok agama lainnya, yang memiliki proporsi 50-50 cerita positif dan negatif. Sebagai perbandingan, 80 persen dari semua artikel yang berhubungan dengan Muslim adalah negatif.

Penggambaran negatif sering dilakukan secara tidak langsung dan halus, menggunakan kata-kata berkonotasi seram dalam kalimat. Contohnya, "Orang Rusia itu dibuat percaya oleh agen yang menyamar bahwa bahan radioaktif akan dikirim ke organisasi Muslim." 

"Menyamar" dan "radioaktif" adalah kata-kata dengan konotasi negatif. Sehingga membuat pembaca secara tidak sadar mengasosiasikannya dengan organisasi Muslim.

Namun, bukan hanya surat kabar dan artikel di AS yang dibandingkan dan dianalisis. Kedua profesor juga menganalisis liputan tentang Muslim di surat kabar yang berbasis di Inggris, Kanada, dan Australia melalui 528.444 artikel pada periode yang sama.  Ditemukan bahwa proporsi artikel negatif terhadap artikel positif di negara-negara tersebut hampir sama persis dengan yang ada di surat kabar Amerika.

"Perbedaan itu mencolok. Pekerjaan kami menunjukkan bahwa media tidak rentan untuk menerbitkan cerita negatif ketika mereka menulis tentang agama minoritas lainnya, tetapi mereka sangat mungkin melakukannya ketika mereka menulis tentang Muslim," ujar laporan Bleich dan van der Veen.

Bleich dan van der Veen menekankan, mengakui dan mengatasi negativitas sistemik dalam liputan media tentang Muslim dan Islam sangat penting untuk melawan stigmatisasi yang telah meluas. Sehinggq dapat menciptakan peluang untuk kebijakan yang lebih manusiawi, dan adil bagi semua orang tanpa memandang keyakinan mereka.

Laporan para ilmuwan politik ini merupakan kutipan dari buku mereka yang diterbitkan tahun ini. Buku tersebut berjudul, Covering Muslims: American Newspapers in Comparative Perspective, yang berisi karya lengkap mereka tentang topik dan keseluruhan studi. 

Baca juga : Bechelet: Kunjungan ke China Bukan untuk Penyelidikan Muslim Uighur

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement