REPUBLIKA.CO.ID, PRAYA -- Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertanak) Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) menyatakan, ribuan ternak sapi yang terkena wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di daerah setempat telah sembuh setelah dilakukan upaya pencegahan dengan pengobatan secara intensif. "Total ternak sapi warga yang telah sembuh itu sebanyak 1.100 ekor yang tersebar di 50 desa di Lombok Tengah," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Lombok Tengah Lalu Taufikurahman di Praya, Senin (30/5/2022).
Penyebaran kasus PMK di Lombok Tengah memang terus bertambah dari data pekan lalu mencapai 1.700 ekor, namun hingga saat ini ternak yang telah ditangani mencapai 2035 ekor. Namun, ternak yang masih sakit atau sedang dalam proses pengobatan sebanyak 900 ekor lebih.
"Awalnya kasus PMK itu di satu desa, sekarang tersebar di 50 desa di 11 kecamatan. Namun, sebagian telah sembuh setelah dilakukan pengobatan," katanya.
Ia mengatakan, hingga saat ini belum ada ternak sapi yang mati terkena wabah PMK. Namun, beberapa ternak anak sapi dan dewasa yang mati itu disebabkan oleh penyakit dan traumatik, bukan karena terkena PMK.
"Ternak mati yang diakibatkan oleh PMK itu belum ada," katanya.
Sebelumnya, pemerintah daerah Lombok Tengah telah menutup semua pasar hewan untuk mencegah penyebaran wabah PMK tersebut. Selain melakukan pengobatan dengan penyuntikan vitamin dan antibiotik, dinas pertanian dan peternakan juga melakukan lockdown di beberapa kandang ternak yang terkena wabah PMK. Hal itu dilakukan untuk membatasi arus lalulintas pergerakan ternak sapi yang terkena wabah PMK dan melakukan sosialisasi edukasi kepada masyarakat untuk tidak panik dengan memotong ternak yang sakit.
"Tingkat kesembuhan wabah PMK ini cukup tinggi, jadi warga jangan panik, supaya tidak merugi," katanya.