Senin 30 May 2022 17:59 WIB

Israel Dituding Dalangi Pembunuhan Kolonel Garda Revolusi Iran

Khodaei ditembak oleh dua pengendara sepeda motor di dekat rumahnya di Teheran.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Orang-orang berkabung di sebelah peti mati terbungkus bendera Pengawal Revolusi Iran Kolonel Hassan Sayyad Khodaei yang terbunuh pada hari Minggu, dalam upacara pemakamannya di Teheran, Iran, Selasa, 24 Mei 2022.
Foto: AP Photo/Vahid Salemi
Orang-orang berkabung di sebelah peti mati terbungkus bendera Pengawal Revolusi Iran Kolonel Hassan Sayyad Khodaei yang terbunuh pada hari Minggu, dalam upacara pemakamannya di Teheran, Iran, Selasa, 24 Mei 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Korps Garda Revolusi Iran Mayor Jenderal Hossein Salami menuding Israel sebagai dalang di balik pembunuhan seorang kolonel di korps tersebut, yakni Sayad Khodaei. Salami sesumbar akan membalas perbuatan Zionis.

“(Khodaei) telah mati syahid oleh orang-orang paling kejam, Zionis. Insya Allah, kami akan membalas kematiannya,” ujar Salami seperti tertulis di situs resmi Korps Garda Revolusi Iran, Senin (30/5/2022), dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Khodaei ditembak oleh dua pengendara sepeda motor di dekat rumahnya di Teheran pada 22 Mei lalu. Menurut kantor berita Fars, terdapat lima peluru yang diarahkan pada Khodaei. Awalnya, Korps Garda Revolusi Iran menyalahkan “kelompok anti-revolusi” dan “agen arogansi global” atas pembunuhan tersebut. Kelompok anti-revolusi biasanya merujuk pada oposisi anti-rezim. Sementara arogansi global mengacu pada Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

Media pemerintah Iran menggambarkan Khodaei sebagai “pembela tempat suci”. Istilah itu digunakan Iran untuk merujuk pada pejuang yang dikirim ke Suriah untuk berperang bersama pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Pada Januari lalu, Iran memperingati dua tahun kematian mantan komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qassem Soleimani. Soleimani tewas di Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari 2020. Dia dibunuh saat berada dalam konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki kedekatan dengan Iran. Iring-iringan mobil mereka menjadi sasaran tembak pesawat nirawak AS. Mantan presiden AS Donald Trump adalah tokoh yang memerintahkan langsung serangan tersebut.

Iran mengutuk keras pembunuhan Soleimani dan bersumpah akan membalas tindakan Washington. Tak lama setelah peristiwa pembunuhan itu, Iran meluncurkan serangan udara ke markas tentara AS di Irak. Aksi itu sempat menimbulkan kekhawatiran global tentang potensi pecahnya peperangan.

Soleimani merupakan tokoh militer Iran yang memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah. Ia dipercaya memimpin Pasukan Quds, sebuah divisi atau sayap dari Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, termasuk kontra-intelijen di kawasan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement