REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Sehari menjelang Idul Fitri 1434 Hijriah, Roni (45 tahun) dan keluarga sibuk dengan berbagai persiapan menyambut Lebaran. Warga Padang itu sejak pagi sibuk membersihkan rumah, sementara istrinya asyik di dapur menyiapkan kue-kue khas Lebaran hingga makanan wajib seperti rendang hingga ketupat sayur.
Usai berberes selepas Zuhur ia berencana mengambil uang tunai di salah satu Anjungan Tunai Mandiri milik Bank Nagari yang tak jauh dari rumahnya. Namun ketika berada di dalam bilik ATM untuk menarik uang tunai senilai Rp 2,5 juta tertera di layar mesin saldo tidak mencukupi.
Terang saja ia kaget dan segera mengecek saldo, rupanya rekeningnya hanya berisi uang Rp 300 ribu. Padahal, seingatnya tak kurang dari Rp 15 juta uang tersimpan dalam tabungan.
Roni merasa tak pernah mengambil uang sebelumnya dan heran mengapa tabungannya tiba-tiba raib begitu saja. Beberapa hari lalu ia masih mengecek rekening saat tunjangan hari raya masuk dan uangnya masih utuh.
Seakan tak percaya ia pun mengecek ulang saldo memastikan apakah tidak salah lihat dan ternyata tetap tertera di layar Rp 300 ribu. ASN di Pemprov Sumbar itu tetap tenang meski khawatir karena uangnya lenyap begitu saja. Ia pun segera menghubungi layanan pengaduan Bank Nagari. Untuk sementara rekeningnya diblokir oleh pihak bank.
Ia pun menjelaskan kronologis uangnya lenyap begitu saja dan merasa tak pernah menariknya. Rencana Lebaran pun buyar karena uang yang tersisa di rekening hanya Rp 300 ribu, padahal ia sudah berencana akan membawa keluarga jalan-jalan di hari kedua Lebaran ke salah satu objek wisata. Rencana jalan-jalan berganti dengan pergi melapor ke kantor pusat Bank Nagari yang berada di Jalan Pemuda Padang.
Pada hari ketiga Lebaran ia pun melapor. Di luar dugaan, ternyata ia tak sendiri. Ada banyak nasabah lain yang juga mengalami nasib yang sama kehilangan uang di rekening namun tak pernah mengambilnya.
Setelah dilakukan penyelidikan, Direktur Utama Bank Nagari Muhammad Irsyad akhirnya menyampaikan sebanyak 141 nasabah bank itu menjadi korban skimming dengan kerugian Rp 1,5 miliar. Ia menjelaskan kronologi kejadian skimming tersebut berawal dari laporan nasabah pada 5 Mei 2022 yang melaporkan rekeningnya dibobol.
Kemudian pihaknya langsung menindaklanjuti dengan menonaktifkan transaksi seluruh nasabah yang masih memakai kartu ATM magnetik. Dari penelusuran kamera CCTV, pihaknya menduga pelaku skimming adalah WNA, dan foto pelaku sudah dilaporkan ke pihak berwajib dengan harapan pelaku segera ditangkap.
Modus skimming yang dilakukan dengan meletakkan alat pembaca data nasabah yang disebut skimmer di tempat memasukkan kartu, serta dilengkapi satu kamera pengintai kecil pada tempat menekan PIN. Kemudian, dari penelusuran, pelaku melakukan penggandaan kartu dan menarik dana korban di luar Sumbar yakni di Bali, Purwakarta, dan Surabaya.
"Transaksi tidak dilakukan di Sumbar tapi dari data yang kami lihat, transaksi di transfer ke salah satu perusahaan bitcoin di Indonesia," ujarnya.
Kini Bank Nagari pun melakukan penggantian dana nasabah yang terbukti menjadi korban skimming tersebut. Manajemen Bank Nagari memastikan mengganti uang seluruh nasabah yang terkena skimming. Pihaknya pun berencana terus memberikan edukasi kepada nasabah melalui media sosial dan website soak tips aman bertransaksi di mesin ATM dan imbauan untuk lebih banyak menggunakan transaksi secara digital.