REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- China segera menggunakan yuan digital untuk merangsang konsumsi dalam ekonomi yang dilanda pandemi. Lebih banyak aplikasi e-CNY diharapkan di masa depan untuk meningkatkan transparansi dan efektivitas kebijakan pemerintah.
Kota Shenzhen mulai mendistribusikan uang tunai digital gratis senilai 30 juta yuan (4,50 juta dolar AS) pada Senin (30/5/2022) untuk menghidupkan kembali konsumsi dan membantu sektor bisnis. Pembagian ini terjadi beberapa hari setelah Xiong'an di provinsi Hebei utara, meluncurkan kampanye serupa untuk membagikan paket merah e-CNY senilai 50 juta yuan sebagai hadiah.
China berada di garis depan perlombaan global untuk mengembangkan mata uang digital milik bank sentral. Dengan penerbikan subsidi e-CNY diharapkan dapat membantu konsumsi dan lebih lanjut mempromosikan penggunaan yuan elektronik.
Transaksi menggunakan e-CNY berjumlah 87,6 miliar yuan pada akhir 2021. Bank sentral mencatat ada 261 juta e-wallet individu yang dibuka.
"Sebelumnya, ketika pemerintah mengeluarkan subsidi, mungkin ada kendala tertentu sebelum uang sampai ke penerima," kata G Bin Zhao, ekonom senior di PwC China.
"Dengan e-CNY, uang tunai langsung masuk ke tangan Anda, meningkatkan transparansi," katanya.
Zhao menambahkan, ke depan, pemerintah dapat menggunakan e-CNY untuk pembayaran pensiun, subsidi fiskal, dan bahkan belanja infrastruktur.
Xia Chun, kepala ekonom di Yintech Investment Holdings, mengatakan bahwa dibandingkan dengan cara tradisional, e-CNY lebih efisien dan cepat dalam hal subsidi. Meskipun, ia merasa ukuran stimulus konsumsi saat ini terlalu kecil.