Senin 30 May 2022 19:21 WIB

Hewan Terpapar PMK di Mataram Bertambah Jadi 82 Ekor

Ternak yang terpapar PMK diisolasi dan mendapatkan obat-obatan.

Red: Qommarria Rostanti
Kasus virus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Mataram per 30 Mei 2022 naik menjadi 82 kasus. (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Rahmad
Kasus virus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Mataram per 30 Mei 2022 naik menjadi 82 kasus. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Pertanian Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyebutkan, kasus virus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Mataram per 30 Mei 2022 naik menjadi 82 kasus. Sebelumnya, ada 57 kasus pada 27 Mei 2022.

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian (Distan) Kota Mataram Drh Dijan Riyatmoko menyebutkan, sebanyak 82 kasus PMK tersebut terdiri atas 82 kasus pada sapi dan satu kasus menyerang kambing. "Dari 82 kasus PMK itu, sebanyak 24 ternak sapi dinyatakan sudah sembuh bahkan sudah ada yang dijual. Jadi yang masih diisolasi untuk perawatan sebanyak 58 ekor, 1 ekor kambing dan sisanya sapi," katanya, Senin (30/5/2022).

Baca Juga

Menurutnya, sebanyak 82 kasus PMK yang ditemukan di Kota Mataram itu tersebar pada lima kecamatan yakni Kecamatan Sandubaya, Cakranegara, Mataram, Selaparang, dan Kecamatan Sekarbela. "Sedangkan di Kecamatan Ampenan, sampai hari ini belum ditemukan kasus PMK," kata Dijan.

Menurutnya, kendati jumlah kasus PMK yang ditemukan di Mataram terus meningkat, namun Kota Mataram belum masuk zona merah virus PMK sebab jumlah ternak yang terpapar masih di bawah 100 ekor. "Kami ini statusnya masih zona kuning menuju merah," ujarnya.

Dikatakannya, untuk mencegah terjadinya penyebaran virus PMK ke ternak milik peternak di Kota Mataram, pihaknya telah melakukan upaya pencegahan secara maksimal. "Kami sudah melakukan pengawasan dan pemantauan secara ketat, agar virus PMK ini tidak menyebar. Kami bahkan sampai kewalahan," kata Dijan.

Ternak yang terpapar virus PMK diisolasi diberikan vitamin dan obat-obatan dengan stok yang sangat terbatas. "Untuk obat-obatan, kita dapat bantuan dari Dinas Provinsi NTB," ujarnya.

Di sisi lain, Dijan bersyukur para peternak bisa kooperatif dalam menjaga ternaknya agar tidak tertular PMK. Bahkan perternak selektif saat melepas dan memasukkan ternaknya ke kandang.

"Peternak kini tidak mau melepas ternak di tempat sembarangan begitu juga saat memasukkan ternaknya tidak mau ke kandang sembarangan. Kandangnya pun sudah disemprot dengan cairan disinfektan," kata Dijan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement