Senin 30 May 2022 20:27 WIB

Asdit Abdullah, Tokoh Pers Sumatra Selatan Meninggal Dunia

Senior pers Sumatra Selatan Asdit Abdullah tutup usia pada Senin (30/5/2022)

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Nashih Nashrullah
Tokoh pers Sumatra Selatan Asdit Abdullah meninggal dunia dalam usia 72 tahun di Palembang, Senin (30/5/2022) petang.
Foto: Istimewa
Tokoh pers Sumatra Selatan Asdit Abdullah meninggal dunia dalam usia 72 tahun di Palembang, Senin (30/5/2022) petang.

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG – Tokoh pers Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) yang juga mantan Ketua PWI Cabang Sumsel Asdit Abdullah, meninggal dunia di Rumah Sakit Bhayangkara, Palembang, Senin (30/5/2022) petang, di usia usia 72 tahun. Almarhum dikenal juga sebagai salah seorang perintis pers di Sumbagsel. 

“Innalillahi wainnailaihi rojiun. Dengan rasa duka yg mendalam kami Pengurus PWI Sumsel dan seluruh anggota PWI Sumsel atas wafatnya BPK H Asdit Abdullah, mantan ketua PWI SUmsel yang saat ini pengurus KONI Sumsel,” kata Ketua PWI Cabang Sumsel Firdaus Komar di Palembanng, Senin (30/5/2022).  

Baca Juga

Firdaus, yang mantan wartawan Sriwijaya Post mengatakan, Asdit Abdullah bapak dari Asmaruddin Abdullah meninggal karena sakit di RS Bhayangkara Palembang pada Senin (30/5) pukul 17.47 WIB. “Semoga almarhum husnul khatimah dan keluarga musibah ikhlas dan dikuatkan serta tawakal, aamiiin,” kata Firdaus. 

Asdit Abdullah dikenal seorang tokoh pers Sumsel kelahiran 14 April 1950 berasal dari Desa Pagimana, Kabupaten Luwuk Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Ia meninggalkan kampung halaman merantau ke Jakarta setamat SMA melanjutkan kuliah di STTN Cikini, Jakarta. 

“Saya memulai karir wartawan di usia 21 tahun, tepatnya pada tahun 1971 di SKH Suara Rakyat Semesta (SRS) yang didirikan H Djadil Abdullah. Paman saya juga dikenal sebagai seorang wartawan di samping politikus dan anggota DPR RI,” kata Asdit Abdullah dalam buku “Wartawan Hebat Sumatera Selatan 789” yang terbit pada 2019. 

Asdit pernah mengenyam sebagai wartawan Tempo, dan beberapa surat kabar di Palembang, Sumatra Selatan. Selain pernah menjadi pengurus dan ketua PWI Cabang Sumsel, dia juga pada era Presiden Soeharto pernah berkecimpung di dunia politik dan olah raga. 

Kariernya di dunia wartawan di mulai dari korektor di SKH SRS lalu menjadi wartawan. Berbagai pendidikan dan latihan dalam dunia kewartawanan ia jalani pada era tahun 1970-an sampai 1980-an. 

Pada 1983, Asdit dipercaya memimpin SKH SRS dalam usia 33 tahun. “Saya memimpin SRS sepeninggal paman. Saya jadi pemimpin umum/redaksi hingga tahun 1999,” ujar Asdit dalam buku tersebut.  

Asdit yang memiliki empat anak (dua lelaki dan dua perempuan) telah lama ditinggal istrinya karena meninggal dunia. Di hari tuanya, dia tetap menjalani dunia kewartawanan dan juga bidang olahraga, meski tidak terlalu aktif lagi. 

Selama kepemimpinannya di SKH SRS, Asdit selalu mendampingi rekan-rekan wartawan bila menjelang deadline koran pada tengah malam, untuk menentukan halaman depan surat kabarnya.   

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement