REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI – India telah menerima permintaan untuk mengekspor 1,5 juta ton gandum ke beberapa negara. Pasokan tersebut dibutuhkan untuk menambal kekurangan suplai gandum akibat konflik Rusia-Ukraina.
“Lebih dari setengah lusin negara telah mendekati India untuk lebih dari 1,5 juta ton gandum, dan kami akan melihat bagaimana memenuhi permintaan ini,” kata seorang pejabat India yang enggan dipublikasikan identitasnya, Senin (30/5).
Dia mengisyaratkan, pemerintah India bakal membahas permintaan dari sejumlah negara tersebut. “India sangat ingin membantu negara-negara rentan dan siapa saja yang membutuhkan gandum,” ucapnya.
Menurut pejabat tersebut, sebagian besar permintaan datang dari Bangladesh. Selama ini Bangladesh merupakan pembeli tetap komoditas gandum India. Baru-baru ini, Bangladesh mengajukan tender impor gandum. Namun mereka kemudian membatalkannya karena penawaran harga lebih tinggi.
Bagi Bangladesh, gandum India setidaknya 30 persen lebih murah daripada pemasok lain. Selain itu, waktu pengiriman hanya memerlukan waktu sekitar satu pekan. Pada tahun fiskal hingga Maret 2022, Bangladesh telah mencatatkan impor gandum dari India, yakni sebesar 4 juta ton. Jumlah itu melonjak dibandingkan periode yang sama setahun sebelumnya, yakni hanya mencapai 1,2 juta ton.
Selain Bangladesh, negara lain yang disebut meminta pasokan gandum dari India adalah Mesir. Kairo dikabarkan membutuhkan pasokan sebesar 500 ribu ton. Permintaan pasokan itu dinilai ganjil karena Mesir dikenal sebagai importir gandum terbesar di dunia.
Selain Bangladesh dan Mesir, beberapa negara Asia, termasuk Jamaika, telah mengajukan permintaan impor gandum dari India. Saat ini India telah melarang ekspor gandum swasta. Namun mereka membuka diri untuk memenuhi permintaan khusus dari pemerintahan asing.
Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengatakan, negaranya siap memberikan kontribusi signifikan untuk mencegah krisis pangan global. Namun hal itu bakal dilakukan jika Barat mencabut sanksi terhadap Moskow terkait agresinya ke Ukraina.
“Vladimir Putin menekankan bahwa Federasi Rusia siap memberikan kontribusi signifikan untuk mengatasi krisis pangan melalui ekspor biji-bijian dan pupuk, dengan tunduk pada pencabutan pembatasan bermotif politik oleh Barat,” kata Kremlin setelah Putin melakukan percakapan via telepon dengan Perdana Menteri Italia Mario Draghi, 26 Mei lalu, dilaporkan kantor berita Rusia, TASS.
Dalam perbincangan dengan Draghi, Putin menolak tuduhan tak berdasar yang menyebut Rusia harus disalahkan atas masalah pasokan makanan di pasar global. Ukraina dan Rusia adalah pemain besar dalam produksi pangan dunia. Menurut PBB, mereka mewakili 53 persen perdagangan global minyak bunga matahari dan biji-bijian, serta 27 persen gandum. Di Afrika, 25 negara mengimpor lebih dari sepertiga gandum mereka dari Ukraina dan Rusia.
Selain itu, Rusia dan Ukraina mengekspor 28 persen pupuk yang terbuat dari nitrogen dan fosfor, serta kalium. Konflik telah menghambat Ukraina melakukan pengiriman pasokan ke luar negeri. Sementara sanksi Barat telah mencegat Rusia mengekspor komoditas-komoditasnya.
Perang Rusia-Ukraina telah berlangsung sejak 24 Februari lalu. Meski sudah melangsungkan beberapa putaran negosiasi, kedua negara tersebut belum bisa menyepakati perjanjian penuntasan konflik.