REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Aksi Muhammadiyah dalam menangani urusan kemanusiaan dan bencana global kerap menjadi materi atau bahan pembelajaran bagi lembaga bencana internasional.
"Jadi bukan hanya brand yang kita dapatkan, melainkan banyak hal seperti perluasan dan pengenalan peran Muhammadiyah dalam kemanusiaan dan bencana global," ujar Wakil Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana PP Muhammadiyah Rahmawati Husein, dalam seminar pra muktamar yang diikuti secara daring dari Jakarta, Senin (30/5/2022).
Rahma mengatakan praktik baik Muhammadiyah yang digunakan sebagai bahan ajar di dunia internasional menjadi salah satu keuntungan dari jalinan kerja sama antara Muhammadiyah dengan lembaga kemanusiaan internasional.
Menurut dia, Muhammadiyah tidak bisa bergerak sendiri dalam penanganan urusan kemanusiaan maupun bencana maka diperlukan jaringan internasional untuk semakin memperkuat landasan gerakan. "Gerak atau perhatian Muhammadiyah terhadap kemanusiaan dan bencana global tidak terbatas teritorial," kata dia.
Selain itu, peran penanggulangan masalah kemanusiaan dan bencana global harus bersifat inklusif, tidak boleh dibatasi teritorial, suku, bangsa, ras, dan golongan.
Pandangan tersebut, kata dia, menjadikan Muhammadiyah tidak ragu untuk ikut andil dalam mengentaskan masalah kemanusiaan secara global.
Dia mengatakan gerakan penanggulangan masalah kemanusiaan dan bencana secara global juga sering menyasar komunitas-komunitas Muslim di banyak negara.
"Kita melihat banyak negara-negara Islam dan komunitas-komunitas Muslim di belahan dunia mengalami masalah krisis kemanusiaan," kata dia.
Kendati demikian, Rahma menyoroti bahwa masih ada pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan Muhammadiyah saat ini seperti belum adanya blue print atau kerangka kerja dan masih rendahnya transfer pengetahuan di internal Muhammadiyah.
Sebab, kata dia, seringkali Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) diajak berbagi ilmu oleh pihak eksternal, tetapi dari internal Muhammadiyah seperti Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTMA), jarang.
"Kita berharap internasionalisasi bukan hanya dilakukan melalui layanan kemanusiaan melainkan juga melalui knowledge sharing terkait dengan masalah kemanusiaan universal. Hal ini penting bagi praktik baik Muhammadiyah untuk bisa semakin meluas diketahui oleh publik," katanya.