REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia sedang mempertimbangkan untuk membayar pemegang Eurobond dengan menerapkan mekanisme yang digunakannya untuk memproses pembayaran gasnya dalam rubel. Meskipun, investor mengatakan langkah itu tidak akan memungkinkan Rusia untuk menghindari gagal bayar (default) historis pada utang.
Skema tersebut, menurut Kremlin dan menteri keuangan Rusia, akan memungkinkan Moskow membayar pemegang obligasi sambil melewati infrastruktur pembayaran Barat. Itu terjadi beberapa hari setelah Washington memutuskan untuk tidak memperpanjang lisensi yang memungkinkan kreditur AS menerima pembayaran obligasi sambil memungkinkan Rusia untuk menghindari default.
Langkah Departemen Keuangan AS itu mendorong Rusia selangkah lebih dekat ke default pada utang mata uang keras. Pemegang Eurobond asing sekarang menunggu dua pembayaran kupon yang jatuh tempo minggu lalu dengan masa tenggang 30 hari.
Rusia mengatakan memiliki uang tunai dan bersedia membayar, menolak pembicaraan tentang default. Menteri Keuangan Anton Siluanov mengatakan pada Senin (30/5/2022) bahwa Moskow akan terus membayar utang luar negerinya dalam rubel.
Tetapi bagi pemegang Eurobond asing untuk menerima pembayaran dalam mata uang asing sesuai kewajiban Rusia, mereka harus membuka rekening rubel dan mata uang keras di bank Rusia, katanya kepada surat kabar Vedomosti. "Seperti yang terjadi dengan membayar gas dalam rubel: kami dikreditkan dengan mata uang asing, di sini ditukar dengan rubel atas nama (pembeli gas), dan begitulah pembayarannya terjadi," katanya.
"Mekanisme penyelesaian Eurobond akan beroperasi dengan cara yang sama, hanya ke arah lain."
Uang itu akan disalurkan melalui National Settlement Depository (NSD) Rusia, kata Siluanov kepada Vedomosti.
Tidak seperti banyak lembaga keuangan Rusia, NSD tidak berada di bawah sanksi Barat. Tidak akan ada batasan pada konversi rubel ke mata uang lain dan skema akan segera ditinjau oleh pemerintah, katanya.
Dalam konferensi jarak jauh dengan wartawan, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mendukung rencana Siluanov tetapi mengatakan kementerian keuangan akan berkonsultasi dengan pemegang obligasi sebelum memperkenalkannya. "Ada uang, ada kemauan untuk membayar, baik itu dalam rubel atau di bawah skema yang paling nyaman bagi pemegang obligasi. Semuanya akan tergantung pada kontak itu," kata Peskov.
Kementerian keuangan tidak menjawab permintaan komentar Reuters. Sebuah sumber pasar keuangan mengatakan Rusia berencana untuk mempresentasikan skema tersebut kepada investor sebelum pembayaran berikutnya, pada dua obligasi, jatuh tempo pada 23 Juni.
Rusia memiliki sekitar 40 miliar dolar AS obligasi internasional yang beredar, di mana hanya di bawah 2 miliar dolar AS pembayaran jatuh tempo sebelum akhir tahun. Beberapa obligasinya, yang diterbitkan setelah 2014, memiliki provisi untuk diselesaikan di NSD dan dalam mata uang alternatif, termasuk rubel.