REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memproyeksikan inflasi sebesar dua persen sampai empat persen pada 2023. Adapun target ini masih cukup realistis di tengah harga sejumlah komoditas menembus rekor tertinggi pada tahun ini.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, saat ini dinamika ekonomi global tengah diwarnai tingginya tekanan inflasi akibat melonjaknya harga komoditas. Terutama setelah invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina.
"Kami berpandangan asumsi inflasi 2023 yang berada pada kisaran dua sampai empat persen masih cukup realistis. Meski kita memahami dinamika yang sering muncul secara sangat tiba-tiba," ujarnya saat rapat paripurna DPR, Selasa (31/5/2022).
Menurut Sri Mulyani, saat ini peningkatan harga komoditas global sangat terlihat dampaknya terhadap inflasi di negara seperti Amerika Serikat yang sebesar 8,4 persen, Inggris sembilan persen, dan Eropa di atas tujuh persen. Kemudian inflasi di negara berkembang juga meningkat di atas tujuh sampai delapan persen, bahkan di negara seperti Argentina mencapai 58 persen dan Turki 70 persen pada April 2022.