REPUBLIKA.CO.ID, MANAMA – Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, Barat dan Ukraina harus bertindak untuk mengatasi krisis pangan global. Menurut Lavrov, mereka bertanggung jawab atas isu yang tengah berlangsung tersebut.
Lavrov mengatakan, negara-negara Barat menciptakan banyak masalah buatan dengan menutup pelabuhan mereka untuk kapal Rusia. Hal itu telah mengganggu pasokan logistik dan rantai keuangan.
“Mereka perlu mempertimbangkan secara serius apa yang lebih penting bagi mereka: menjelaskan kepada publik tentang masalah ketahanan pangan atau mengambil langkah konkret untuk menyelesaikan masalah ini,” ucapnya kepada awak media saat berkunjung ke Bahrain, Selasa (31/5/2022), dilaporkan kantor berita Rusia, TASS.
Lavrov pun meminta Ukraina menyingkirkan ranjau di perairan teritorialnya. Hal itu guna memungkinkan pelayaran kapal yang aman melalui Laut Hitam dan Laut Azov. “Jika masalah penyingkiran ranjau diselesaikan, Angkatan Laut Rusia akan memastikan perjalanan kapal ini tanpa hambatan ke Mediterania dan seterusnya ke tujuan (mereka),” ucapnya.
Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengatakan, negaranya siap memberikan kontribusi signifikan untuk mencegah krisis pangan global. Namun hal itu bakal dilakukan jika Barat mencabut sanksi terhadap Moskow terkait agresinya ke Ukraina.
“Vladimir Putin menekankan bahwa Federasi Rusia siap memberikan kontribusi signifikan untuk mengatasi krisis pangan melalui ekspor biji-bijian dan pupuk, dengan tunduk pada pencabutan pembatasan bermotif politik oleh Barat,” kata Kremlin setelah Putin melakukan percakapan via telepon dengan Perdana Menteri Italia Mario Draghi pada 26 Mei lalu.
Dalam perbincangan dengan Draghi, Putin menolak tuduhan tak berdasar yang menyebut Rusia harus disalahkan atas masalah pasokan makanan di pasar global. Ukraina dan Rusia adalah pemain besar dalam produksi pangan dunia. Menurut PBB, mereka mewakili 53 persen perdagangan global minyak bunga matahari dan biji-bijian, serta 27 persen gandum. Di Afrika, 25 negara mengimpor lebih dari sepertiga gandum mereka dari Ukraina dan Rusia.
Selain itu, Rusia dan Ukraina mengekspor 28 persen pupuk yang terbuat dari nitrogen dan fosfor, serta kalium. Konflik telah menghambat Ukraina melakukan pengiriman pasokan ke luar negeri. Sementara sanksi Barat telah mencegat Rusia mengekspor komoditas-komoditasnya.