Rabu 01 Jun 2022 13:29 WIB

Aktivitas Pabrik Asia Melambat Akibat Pembatasan Covid-19 China

Penguncian di China telah mengganggu logistik dan rantai pasokan regional dan global.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
 Jalur perakitan pabrik Hyundai Motor Co di Kompleks Industri Delta Mas di Bekasi, Jawa Barat, Indonesia (ilustrasi). Aktivitas pabrik Asia melambat pada Mei 2022 karena pembatasan ketat untuk menekan penyebaran Covid-19 di China terus mengganggu rantai pasokan dan mengurangi permintaan.
Foto: EPA-EFE/YONHAP
Jalur perakitan pabrik Hyundai Motor Co di Kompleks Industri Delta Mas di Bekasi, Jawa Barat, Indonesia (ilustrasi). Aktivitas pabrik Asia melambat pada Mei 2022 karena pembatasan ketat untuk menekan penyebaran Covid-19 di China terus mengganggu rantai pasokan dan mengurangi permintaan.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Aktivitas pabrik Asia melambat pada Mei 2022 karena pembatasan ketat untuk menekan penyebaran Covid-19 di China terus mengganggu rantai pasokan dan mengurangi permintaan. Gangguan rantai pasok ini menambah kesengsaraan bagi beberapa ekonomi kawasan yang sudah tertekan akibat melonjaknya biaya bahan baku.

Produsen memperlambat aktivitas bulan lalu di berbagai negara mulai dari Jepang hingga Taiwan dan Malaysia, survei bisnis menunjukkan, pada Rabu (1/6/2022). Kondisi ini menjadi tanda tantangan yang dihadapi pembuat kebijakan dalam memerangi inflasi dengan kebijakan moneter yang lebih ketat tanpa melumpuhkan pertumbuhan.

Baca Juga

Indeks Manajer Pembelian (PMI) Caixin/Markit Manufacturing China berdiri di 48,1 pada Mei, naik dari 46,0 bulan sebelumnya tetapi tetap di bawah ambang 50 poin yang memisahkan kontraksi dari ekspansi, survei swasta menunjukkan. Hasilnya sejalan dengan data resmi Selasa (31/5/2022) yang menunjukkan aktivitas pabrik China turun pada kecepatan yang lebih lambat pada Mei. Sementara pembatasan Covid-19 dilonggarkan di beberapa kota, pembatasan itu terus membebani kepercayaan dan permintaan.

Penguncian di China telah mengganggu logistik dan rantai pasokan regional dan global, dengan Jepang dan Korea Selatan melaporkan penurunan tajam dalam produksi. Aktivitas manufaktur Jepang tumbuh pada laju terlemah dalam tiga bulan pada Mei dan para produsen melaporkan kenaikan baru dalam biaya input, survei PMI menunjukkan, karena dampak dari penguncian China dan konflik Ukraina menekan ekonomi.

PMI yang diprediksi Bank Japan turun ke penyesuaian musiman 53,3 pada Mei dari 53,5 bulan sebelumnya, menandai laju paling lambat sejak Februari. "Baik produksi maupun pesanan baru naik pada tingkat yang lebih rendah, dengan yang terakhir naik pada laju terlemah selama delapan bulan di tengah gangguan rantai pasokan yang berkelanjutan dan kenaikan harga bahan baku," kata Usamah Bhatti, ekonom di S&P Global Market Intelligence.

"Gangguan diperburuk oleh pembatasan penguncian baru di seluruh China, dan berkontribusi pada perpanjangan tajam waktu pengiriman pemasok," tambah Bhatti.

Aktivitas pabrik di Filipina juga melambat menjadi 54,1 pada Mei dari 54,3 pada April, sedangkan di Malaysia turun menjadi 50,1 dari 51,6 pada April, menurut survei PMI. Aktivitas manufaktur Taiwan mencapai 50,0 pada Mei, turun dari 51,7 pada April.

Dalam secercah harapan, ekspor Korea Selatan tumbuh pada kecepatan yang lebih cepat pada Mei daripada sebulan sebelumnya, data menunjukkan pada Rabu, karena kenaikan pengiriman ke Eropa dan Amerika Serikat lebih dari mengimbangi dampak dari pembatasan China. Data perdagangan bulanan Korea Selatan, yang pertama dirilis di antara negara-negara pengekspor utama, dianggap sebagai penentu utama perdagangan global.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement