Rabu 01 Jun 2022 16:32 WIB

Habib Nabiel: Jika Ada Pandangan Cinta Tanah Air Bidah, Kurang Baca Kitab 

Habib Nabiel menegaskan cinta Tanah Air diajarkan Alquran dan hadits

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Pimpinan Majelis Rasulullah Habib Nabiel Al Musawa memberikan ceramah saat Tabligh Akbar di Masjid Az-Zikra, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Selasa (31/5/2022). Tabligh Akbar yang terselenggara atas kerjasama antara Republika dan Majelis Az-Zikra tersebut mengambil tema Semangat Umat Merawat Bangsa.Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Pimpinan Majelis Rasulullah Habib Nabiel Al Musawa memberikan ceramah saat Tabligh Akbar di Masjid Az-Zikra, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Selasa (31/5/2022). Tabligh Akbar yang terselenggara atas kerjasama antara Republika dan Majelis Az-Zikra tersebut mengambil tema Semangat Umat Merawat Bangsa.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Republika bersama Majlis Az  Zikra menyelenggarakan Tabligh Akbar dengan tema Semangat Umat Merawat Bangsa, di Masjid Az Zikra, Senin (31/5/2022) malam. 

Pimpinan Majelis Rasulullah, Habib Nabiel Al Musawa, menjadi narasumber dalam acara tersebut. Habib Nabiel dalam ceramahnya menjelaskan bahwa berbicara tentang NKRI, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika,  dan cinta Tanah Air terdapat dalam Islam.  

Baca Juga

"Di dalam Islam cinta Tanah Air adakah dalilnya? Penting, agar tidak dipojokkan orang lain,"ujar dia.  

Dalil tersebut  terdapat dalam satu surat di dalam alquran yakni Surat Al Balad yang artinya negeri ini. Kata Allah SWT di ayat pertama: 

 لَا أُقْسِمُ بِهَٰذَا الْبَلَدِ “Aku bersumpah demi negeri ini (Makkah).” 

Habib Nabiel menjelaskan Makkah adalah tanah air Nabi Muhammad SAW. Dalam ayat kedua kemudian ditegaskan sebagai berikut:

وَأَنْتَ حِلٌّ بِهَٰذَا الْبَلَدِ “Sedangkan engkau (Nabi Muhammad) bertempat tinggal di negeri (Makkah) ini.”

Karena tempat tinggal di negeri itu kemudian Makkah dimuliakan karena tempat Nabi Muhammad SAW. Bukan karena itu saja. Ada juga kabah, karena nabi sebelumnya,” kata Habib Nabeli. 

Akan tetapi, kata dia, ada kota lain yang juga dimuliakan yakni Madinah. Buktinya barang siapa sholat di Masjidil Haram sama dengan sholat 100 ribu rakaat. Dan sholat di Masjid Nabawi sama dengan sholat 10 ribu rakaat. 

“Dan di Madinah tidak ada nabi lain kecuali Nabi Muhammad SAW. Kedua tempat itu dimuliakan karena menjadi tempat tinggal Nabi Muhammad SAW,” kata dia.   

Makkah dan madinah tanah tempat tinggal Nabi Muhammad. Dalam hadits cinta tanah air terdapat dalam Shahih bukhari bahwa Nabi Muhammad SAW, kalau sudah satu perjalanan jauh melihat dinding kota Madinah, mempercepat jalan unta karena cintanya kepada Madinah al munawarah. 

Dalam kitab Fath al-Bari, juga disebutkan dan ini menjadi dalil syariat cinta dan rindu Tanah Air.  Jika seseorang rindu dengan tanah airnya maka akan mendapat pahala. "Ada yg berpendapat cinta tanah air itu bidah dan hadist itu dhaif. Padahal dia hanya kurang membaca kitab," ujar Habib Nabiel. 

Dari ayat dan hadits di atas telah menunjukkan cinta tanah air adalah syariat termasuk peringati hari Pancasila dan hari kemerdekaan maka itu mengikuti ayat dan hadits maka mendapatkan pahala. 

Tak hanya dalil, tetapi cinta tanah air dibuktikan langsung oleh ulama Indonesia yakni berjuang untuk kemerdekaan sehingga bisa merumuskan Pancasila.  

"Presiden Soekarno dulu berkata jas merah (jangan sekali-sekali melupakan sejarah). Sekarang kita tambahkan jas hijau (jangan sekali kali hilangkan jasa para ulama)," kata dia. 

Ulama-ulama kemerdekaan ini di antaranya Teuku Umar, ulama asal Aceh. Dia berjuang untuk NKRI. Tak hanya dia, ulama pejuang lain di antaranya,  Sultan badarudin, Pangeran Diponegoro, dan Sultan Hasanuddin. 

Habib Nabiel menegaskan bahwa adanya NKRI itu syariat bukan hanya khilafah. Karena ulama  berjuang untuk memerdekaan negerinya. Tak hanya saat kemerdekaan, setelah kemerdekaan pun banyak ulama yang terus berjuang, di antaranya KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, KH Agus Salim, dan Muhammad Natsir. 

Tak hanya ulama, tetapi juga habib keturunan Rasulullag pun ikut berjuang diantaranya Pencipta lagu hari merdeka dan syukur,  Habib Muhammad Husain bin Salim Al Mutahar. Dia juga yang mengatur dan menyusun Paskibra bendera pusaka pertama kali.   

Kemudian Sultan Abdul Hamid al Khadri, habib asal Pontianak ikut serta dalam  merumuskan lambang negara pancasila.  Habib Idrus bin Salim al Jufri asal Palu ikut merancang bendera merah putih dan membuat syair dalam bahasa Arab tentang kemerdekaan Indonesia.  

Selain itu juga Habib Ali al Habsyi kwitang yang menyarankan Presiden soekarno untuk menentukan hari kemerdekaan. 

“Demikian juga dengan isi Pancasila. Kelima silanya terdapat dalam ajaran Islam. Sehingga seharusnya tidak ada lagi yang menyebutkan bahwa Pancasila bukan Islam,” kata dia.      

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement