REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia meraih peringkat kedua dalam Global Muslim Travel Index (GMTI) 2022 setelah peringkat satu dinobatkan kembali pada Malaysia. Direktur Industri Produk Halal Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Afdhal Aliasar menyampaikan Indonesia naik dua peringkat dari posisi empat pada 2021.
"Saya tadi ikut hadir di Singapore (dalam peluncuran GMTI 2022), Indonesia naik dari ranking empat ke ranking dua," katanya pada Republika.co.id, Rabu (1/6/2022).
Posisi kedua dalam GMTI 2022 ditempati tidak hanya oleh Indonesia tapi juga Arab Saudi dan Turki karena memiliki nilai sama yakni 70. Sementara Malaysia memperoleh score 74. Posisi selanjutnya adalah Uni Emirate Arab dengan nilai 66, dan Qatar dengan nilai 64.
Global Muslim Travel Index 2022 diluncurkan oleh Mastercard-CrescentRating. Laporan tahunan ini menjadi optimisme baru untuk sektor pariwisata setelah mengalami penurunan sangat tajam karena pandemi Covid-19 sejak dua tahun lalu.
Afdhal menyampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republika Indonesia, Sandiaga Uno juga memperoleh penghargaan sebagai Halal Travel Personality of the Year 2022. GMTI 2022 memeringkatkan 138 destinasi dalam upayanya mengakselerasi pemulihan pariwisata halal secara global.
Founder dan CEO CrescentRating HalalTrip, Fazal Bahardeen mengatakan laporan tahun ini menggarisbawahi kunci pendorong utama fase pertumbuhan dan pemulihan dari pasar pariwisata halal dunia. Menurutnya, Generasi Z, milenial dan perempuan akan menjadi kontributor utama yang paling berpengaruh.
"Sebanyak 70 persen populasi dunia adalah milenial dan generasi Z, pelancong perempuan juga kini menjadi salah satu yang berkembang paling pesat untuk wisata halal, jumlahnya mencapai 45 persen," katanya.
Pelancong Muslim secara global telah mencapai 160 juta orang pada 2019. Setelah disrupsi krisis pada 2020 dan 2021, ia memperkirakan jumlah wisatawan Muslim akan mencapai 140 juta orang pada 2023 dan kembali pada level 2019 yakni 160 juta orang pada 2024.
Menurut proyeksi prapandemik, jumlah wisatawan Muslim akan mencapai 20 juta orang pada 2025. Sementara estimasi pengeluaran untuk wisata halal diperkirakan akan mencapai 225 juta dolar AS pada 2028.
Fazal menyebut proses ini masih diliputi ketidakpastian karena tantangan yang ada. Seperti keberlanjutan perang Ukraina dan Rusia, kenaikan harga energi, dan ancaman kesehatan lain seperti cacar monyet atau varian lain dari Covid-19.
"Namun demikian, kita tetap optimistis ekonomi akan kembali pulih, terlebih ada banyak perbaikan di industri pariwisata seperti tidak adanya lagi karantina untuk wisata internasional," katanya.
Ia berharap laporan GMTI 2022 akan menjadi rekomendasi dan panduan bagi para stakeholder untuk memanfaatkan kesempatan baik atas dinamika sektor wisata halal. Dengan pemahaman yang menyeluruh atas lanskap industri halal maka perbaikan dan pemulihan dapat dioptimalkan.