REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peringkat kedua Indonesia dalam Global Muslim Travel Index (GMTI) 2022 menjadi modal signifikan untuk Indonesia semakin serius menggarap potensi wisata halal nasional. National Tourism Strategist, Taufan Rahmadi mengatakan peningkatan peringkat dari posisi empat tersebut cukup signifikan.
"Ini artinya kita sangat representatif untuk traveler muslim, dan itu baik," katanya dalam keterangan, Rabu (1/6/2022).
Dalam penilaiannya, pelayanan dan fasilitas yang ramah terhadap pelancong muslim menjadi salah satu kunci utama. Diingatkan Taufan, ceruk pasar wisatawan muslim tidaklah kecil.
Proyeksi pertumbuhannya mencapai 230 juta pelancong, dengan perputaran uang hingga 225 miliar dolar AS pada 2028. Data GMTI 2022 tersebut menunjukkan pelancong muslim akan terus bertambah dengan perputaran uang yang signifikan.
"Kita berada di jalur yang tepat saat ini, dengan pembenahan serius, saya percaya, mengejar Malaysia bukanlah hal yang mustahil," katanya.
Secara akumulatif poin, Indonesia hanya kalah dari Malaysia yang menempati urutan pertama. Ia bisa mengungguli negara-negara besar lainnya semisal Arab Saudi, Turki, UEA, hingga Qatar yang berturut-turut ada di bawah peringkat Indonesia.
Sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia memainkan peranan penting. Menurut Taufan, sangat wajar Indonesia kini ada di dua besar dunia. Ia mendorong pemerintah khususnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk terus meningkatkan kinerja dan membenahi yang masih kurang.
Penilaian GMTI 2022 kali ini memotret setidaknya tiga kelompok besar pelancong muslim. Kalangan traveler milenial muslim, traveler wanita muslim, dan traveler Gen Z adalah ceruk utama dan Indonesia harus fokus melihat kebutuhan utama kelompok-kelompok ini.
"Misalnya untuk pelancong muslimah yang menyumbang 45 persen setara 72 juta orang untuk data 2019. Mereka mengutamakan privasi, fasilitas, hingga keamanan," katanya.
Sedangkan kalangan milenial menyukai hal yang disebut sebagai 3As alias authentic, affordable, dan accessible. Khusus Gen Z yang menyumbang angka 20 persen total pelancong muslim, cukup serupa dengan kelompok milenial Namun dengan tambahan adaptable.
Taufik mengatakan variabel-variabel penilaian ini harus terus dipelajari, ditingkatkan yang masih kurang, dan pertahankan yang sudah lebih. Untuk saat ini, penghargaan peringkat dua dunia diyakini akan membawa semakin banyak pelancong muslim ke tanah air.
Ini karena Indonesia menyediakan segala kebutuhan wisatawan Muslim dengan banyaknya makanan halal, ibadah mudah, wisata yang nyaman, dan bebas embel-embel negatif bertebaran. Indonesia juga mempertahankan ceruk pasar pariwisata konservatif berdasar World Economic Forum.
"Jadi pariwisata halal bisa, pariwisata konservatif juga kita masuk," katanya.
Penghargaan kali ini adalah yang ketiga berturut-turut, alias hattrick penghargaan dunia pariwisata Indonesia. Pertama, Indonesia, melalui Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno diundang PBB untuk bicara soal pariwisata berkelanjutan.
Berikutnya, Travel Tourism Development Index (TTDI) Indonesia naik tajam 12 level menjadi ranking 32 dunia, dan nomor dua di Asia Tenggara berdasar World Economic Forum. Ketiga adalah GMTI 2022 yang menempatkan Indonesia di posisi kedua.
"Kala pandangan dunia sedang terus tertuju ke Indonesia, kita perlu semakin berbenah setelah pandemi, memastikan pemulihannya, bersamaan dengan kebangkitan pariwisata," katanya. Diharapkan ini akan berimbas pada pemulihan nasional yang berkelanjutan karena sektor pariwisata ini akan membuka banyak lapangan kerja, memutar banyak uang, sehingga ekonomi akan semakin kuat.