REPUBLIKA.CO.ID., BRUSSELS -- Para pemimpin Uni Eropa (UE) mengesahkan rencana Komisi Eropa senilai 321 miliar dolar AS untuk mengganti penggunaan bahan bakar fosil Rusia.
Berbicara pada konferensi pers setelah pertemuan khusus para pemimpin Uni Eropa selama dua hari baru-baru ini, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen memuji keputusan untuk “menghapus ketergantungan pada bahan bakar fosil sesegera mungkin.”
Dia menjelaskan bahwa rencana REPowerEU bertujuan untuk keluar dari penggunaan bahan bakar fosil Rusia dengan pembelian bersama, mengamankan pasokan gas melalui interkoneksi yang lebih baik, dan menghasilkan “investasi besar-besaran dalam energi terbarukan.”
Setelah berdiskusi dengan para pemimpin UE, Komisi Eropa mengusulkan untuk “mendukung program itu dengan dana EUR300 miliar,” ucap von der Leyen.
Pengumuman itu muncul setelah para pemimpin Uni Eropa mencapai kesepakatan politik tentang paket sanksi keenam terhadap Rusia, yang mencakup pelarangan 90 persen impor minyak Rusia pada akhir tahun ini.
Ketua Komisi Eropa mengatakan perang Rusia di Ukraina adalah "pengingat akan kebutuhan untuk memperkuat kapasitas pertahanan Uni Eropa."
Dia mengatakan Komisi Eropa akan membentuk satuan tugas untuk mengkoordinasikan investasi militer untuk menghindari duplikasi, dan juga akan mendukung pengadaan bersama dari anggaran Uni Eropa.
Von der Leyen juga menyambut baik tawaran Swedia dan Finlandia untuk bergabung dengan NATO, dengan mengatakan bahwa “aliansi militer terkuat di dunia” akan “sangat diuntungkan dari keanggotaan mereka.”
Ke-27 kepala negara dan pemerintahan Uni Eropa juga membahas konsekuensi perang terhadap pasokan pangan global.
Charles Michel, presiden Dewan Eropa, mengatakan Uni Eropa mendukung langkah-langkah untuk "mencegah krisis yang berpotensi serius ini bagi sejumlah negara yang dapat memiliki efek berbahaya di Afrika tetapi juga di Eropa."
Baca juga : Mengapa Konflik Rusia-Ukraina tak Kunjung Usai?