Kamis 02 Jun 2022 15:15 WIB

Mengakhirkan Sholat karena Padatnya Jam Kerja, Bolehkah?

Banyak para pekerja yang mengakhirkan sholat zhuhur dan ashar hingga malam hari.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Agung Sasongko
Tenang dan khusuk ketika sholat (ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA
Tenang dan khusuk ketika sholat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak para pekerja yang mengakhirkan sholat zhuhur dan ashar hingga malam hari. Alasannya karena mereka sibuk dengan pekerjaan atau bahkan karena baju mereka kotor terkena najis, bagaimana hukumnya? 

Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitab Fikih Sholat menjelaskan, setiap Muslim dan Muslimah tidak boleh menganggap remeh sholat fardhu dari waktunya. Justru wajib bagi mereka melaksanakannya pada waktunya berdasarkan kemampuan. 

Baca Juga

Sehingga, kata Ibnul Qayyim, pekerjaan bukanlah halangan untuk meninggalkan sholat. Begitu juga baju yang najis atau kotor juga bukan halangan. Adapun waktu-waktu pelaksanaan sholat hendaklah disisihkan dari pekerjaan. 

Bagi seorang pekerja pada waktu tersebut harus mencuci bajunya yang najis atau menggantinya dengan baju yang suci. Adapun pakaian yang hanya kotor, maka itu tidak menghalangi pelaksanaan sholat. Yang penting kotornya bukan dari benda-benda najis. 

Sedangkan jika kotornya itu menyebabkan bau yang tidak sedap sehingga mengganggu orang lain yang sedang sholat, maka dia wajib mencucinya sebelum sholat atau menggantinya dengan baju yang bersih sehingga dia dapat melakukan sholat berjamaah. 

Adapun bagi orang yang berhalangan secara syariat, seperti orang sakit atau musafir, mereka dibolehkan untuk menjamak sholat zhuhur dan ashar atau maghrib atau isya. Itupun dilakukan di salah satu waktu dari keduanya, sebagaimana yang sudah ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Demikian juga boleh menjamak pada saat hujan dan berlumpur yang memberatkan manusia. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement