REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah mengumumkan bahwa AS akan mengirim sistem rudal canggih ke Ukraina. Senjata baru tersebut merupakan sistem roket peluncuran berganda High Mobility Artillery Rocket System (Himars) atau MLRS. Senjata ini dapat secara bersamaan meluncurkan beberapa rudal berpemandu presisi.
Seperti dilansir laman Guardian pada Kamis (2/6/2022), baik Ukraina ataupun Rusia sudah mengoperasikan MLRS. Akan tetapi, Himars disebut memiliki jangkauan dan presisi yang unggul.
Adapun Sistem M142 Himars merupakan versi wheel-mounted yang dimodernisasi, lebih ringan dan lebih gesit dibandingkan M270 MLRS track-mounted, yang dikembangkan pada 1970-an untuk pasukan AS dan sekutu.
Seorang pejabat AS mengatakan, Himars yang Washington berikan ke Ukraina akan memiliki jangkauan sekitar 50 mil (80 kilometer).
Unit Himars membawa satu pod berisi enam peluru kendali 227mm (M270 membawa dua pod), atau satu pod besar yang dimuat dengan rudal taktis Army Tactical Missile System (ATACMS). AS tidak akan memasok Ukraina dengan ATACMS, yang memiliki jangkauan 300 kilometer.
Dengan kru kecil, Himars dapat mengeluarkan pod bekas dan memuat yang baru dalam hitungan menit, tanpa bantuan kendaraan lain. Sementara para kru akan membutuhkan beberapa pelatihan.
Di sisi lain, Militer AS sudah memiliki unit Himars di Eropa, dan sekutu NATO Polandia dan Rumania telah memperoleh sistem tersebut.
Senjata ini disebut berharga. Himars akan memberi pasukan Ukraina kemampuan untuk menyerang lebih jauh di belakang garis Rusia, dan pada jarak yang lebih terlindungi dari persenjataan jarak jauh Rusia.
Rudal berpemandu GPS yang ditembakkan Himars memiliki jangkauan sekitar dua kali lipat dari howitzer M777. Pada jarak kira-kira 80 kilometer, biasanya menempatkan Himars di luar jangkauan artileri Rusia.
Itu juga dapat mengancam depot pasokan Rusia. Sedangkan Barat berkeyakinan bahwa pasukan Rusia mengalami masalah logistik.
Beberapa analis mengatakan Himars dapat menjadi pengubah permainan dalam perang, saat pasukan Ukraina tampaknya berjuang di bawah tembakan artileri Rusia. Namun, yang lain mengatakan, Himars tidak akan tiba-tiba membalikkan keadaan.