Jumat 03 Jun 2022 08:24 WIB

Ukraina Berharap Menerima Lebih Banyak Senjata

Zelenskyy berharap akan menerima lebih banyak senjata dari sekutu

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Dalam foto yang disediakan oleh Kantor Pers Kepresidenan Ukraina pada hari Ahad 29 Mei 2022, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy melihat saat ia mengunjungi wilayah Kharkiv yang dilanda perang.
Foto: AP/Ukrainian Presidential Press Off
Dalam foto yang disediakan oleh Kantor Pers Kepresidenan Ukraina pada hari Ahad 29 Mei 2022, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy melihat saat ia mengunjungi wilayah Kharkiv yang dilanda perang.

REPUBLIKA.CO.ID, LVIV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berharap negaranya akan menerima lebih banyak senjata dari sekutu setelah AS menyampaikan janji terbarunya. Sementara perang di Ukraina timur dalam invasi Rusia memasuki hari ke 100.

Pada Kamis (2/6/2022) Zelenskyy mengatakan kini Rusia menguasai sekitar 20 persen wilayah Ukraina. Pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin fokus di wilayah industri Donbas yang terdiri dari Luhansk dan Donetsk dengan harapan kemenangan yang tinggi.

Baca Juga

Gubernur Donestk Pavlo Kyrylenko mengatakan tiga orang tewas termasuk di dua kota produsen batu bara Avdiivka dan sembilan lainnya terluka. Detail laporan tersebut belum dapat terkonfirmasi.

"Seluruh wilayah negara kami  yang sementara ini diduduki kini menjadi zona bencana sepenuhnya, yang mana Rusia bertanggung jawab sepenuhnya," kata Zelenskyy dalam pidato malamnya.

"Kami mengharapkan lebih banyak berita baik pada pasokan senjata dari mitra-mitra kami, kami bekerja untuk membawa pasokan sistem tempur modern ke tingkat yang lebih tinggi," tambahnya.

Rusia menuduh Washington "menambah bensin ke api" dengan paket senjata senilai 700 juta dolar  ke Ukraina. Termasuk sistem roket canggih dengan jangkauan hingga 80 kilometer.

Pemerintah Presiden Joe Biden berulang kali mengatakan akan memastikan Ukraina tidak menggunakannya sistem roket tersebut untuk menyerang target di dalam Rusia. Moskow menyebut invasinya sebagai "operasi militer khusus" yang bertujuan mendemiliterisasi dan mendenazifikasi negara tetangganya.

Ukraina dan Barat membantah dengan mengatakan invasi Rusia dilakukan tanpa dasar. Perang telah menewaskan ribuan orang, meratakan kota-kota dan memaksa 6 juta lebih warga Ukraina mengungsi ke luar negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement