Jumat 03 Jun 2022 09:11 WIB

Penembak Oklahoma Incar Bunuh Dokter yang Pernah Mengoperasinya

Penembak Oklahoma mengincar dokter yang pernah mengoperasi punggungnya

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Seorang perawat menyeka air matanya saat menunggu di Memorial High School di mana orang-orang dievakuasi dari lokasi penembakan di Gedung Medis Natalie Rabu, 1 Juni 2022. di Tulsa, Okla. Beberapa orang ditembak di gedung medis Tulsa di kampus rumah sakit Rabu.
Foto: Ian Maule/Tulsa World via AP
Seorang perawat menyeka air matanya saat menunggu di Memorial High School di mana orang-orang dievakuasi dari lokasi penembakan di Gedung Medis Natalie Rabu, 1 Juni 2022. di Tulsa, Okla. Beberapa orang ditembak di gedung medis Tulsa di kampus rumah sakit Rabu.

REPUBLIKA.CO.ID, TULSA - Pria bersenjata di rumah sakit negara bagian Oklahoma membunuh ahli bedah yang dituduh gagal mengoperasi punggungnya. Ia menembak mati empat orang di rumah sakit Saint Francis termasuk ahli bedah tersebut pada Rabu (1/6/2022).

Polisi mengidentifikasi tersangka bernama Michael Louis. Ia menyerbu rumah sakit St Francis, di kota Tusla dengan senapan dan pistol. Ini adalah penembakan massal terbaru di Amerika Serikat (AS) dalam beberapa pekan terakhir.

Kepala Polisi Tulsa Wendell Franklin mengatakan, Louis baru-baru ini dioperasi oleh ahli bedah Preston Phillips di rumah sakit. Ia sempat menelepon klinik untuk mengeluhkan sakit punggung yang terus berlanjut.

Polisi menemukan surat tentang tersangka yang menjelaskan bahwa dia datang dengan maksud untuk membunuh Dr Phillips dan siapa pun yang menghalangi jalannya.

"Dia menyalahkan Dr Phillips atas rasa sakit yang berkelanjutan setelah operasi," kata Franklin seperti dikutip laman Channel News Asia, Jumat (3/6/2022).

Selain Phillips, korban lainnya termasuk dokter lain, resepsionis, dan seorang pasien. "Mereka menghalangi jalan dan ia menembak mati mereka," kata Franklin. Louis kemudian menembak dirinya sendiri.

Polisi mengatakan, tersangka membeli senjata semi-otomatis di toko senjata lokal sesaat sebelum penembakan. Pembunuhan itu terjadi saat keluarga-keluarga di Texas menguburkan jenazah mereka setelah penembakan di sekolah yang menewaskan 19 anak kecil dan dua guru pekan lalu.

Tragedi itu telah mendorong seruan untuk undang-undang kontrol senjata yang lebih ketat. Kendati begitu anggota parlemen AS telah gagal meloloskan undang-undang baru yang signifikan meskipun bertahun-tahun kekerasan senjata memburuk.

Menurut Arsip Kekerasan Senjata, ada 233 penembakan massal tahun ini di seluruh AS. Ini mendefinisikan penembakan massal sebagai ketika empat orang atau lebih terluka atau terbunuh dalam satu peristiwa, tidak termasuk si penembak.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement