REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Mohammad Syahril mengungkapkan terjadi penambahan satu kasus dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya di Indonesia. Total, jumlah kasus saat ini adalah 24 dari sebelumnya 23 orang.
"Jumlah kasus total 24 pasien dengan klasifikasi tujuh probable, 17 pending classification dan 0 epi-linked," kata Syahril kepada Republika, Jumat (3/6/2022).
Sementara untuk statusnya, tujuh pasien meninggal dunia dengan perincian tiga pasien meninggal dengan status probable dan empat pending classification. Saat ini, lanjut Syahril, masih ada 13 pasien yang menjalani perawatan dengan klasifikasi tiga status probable dan 10 pending classification.
Syahril menambahkan, ada empat pasien diduga terpapar hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya dan sudah sembuh atau dipulangkan. Perinciannya, satu probable dan tiga pending classification.
Dengan terus bertambahnya kasus dugaan hepatitis akut, Syahril meminta kepada orang tua untuk terus mewaspadai gejala hepatitis akut misterius pada anak. "Orang tua harus mewaspadai gejala hepatitis akut pada anak yakni adanya diare, mual, muntah, sakit perut dan dapat disertai demam ringan," ujar dia.
"Selain itu warna mata dan kulit anak dapat menguning dan terjadi gangguan pembekuan darah yang bisa menyebabkan kejang dan kesadaran menurun," sambungnya.
Syahril menekankan, orang tua harus segera membawa buah hatinya ke fasilitas kesehatan bila mengalami gejala hepatitis akut. Karena, pertolongan dengan cepat dapat menekan risiko yang fatal.
"Bila perlu kalau memang sudah dalam taraf penurunan kesadaran maka segera dibawa ke ICU anak agar bisa segera ditangani agar tidak berlanjut kemudian yang bisa berakibat fatal yakni meninggal dunia," tegas Syahril.